Thursday 14 November 2013

Rabu, 13 November 2013

Bismillah :)

Allah, alhamdulillah hari ini agenda selesai jugaaa~
Dimulai dari pagi grasak-grusuk, trus nyempetin kuliah PPEP sebentar, abis itu langsung cau ke Balai Sudirman sampai jam 4 sore, pulang ke rumah nenek buat buka puasa dulu terus lanjut cao lagi ke Tebet untuk ikutan "pengajian" bisnis di tempatnya Mas Mono :)

Apa yaaa, hari ini wonderful lah pokoknya, banyak ilmu bertebaran, banyak kenalan baru dan pokoknya banyak banget Allah melimpahkan rahmat-Nya untuk menghibur diri hamba-Nya yang sempat sedang mengalami down dan agak stress dikit dalam dua minggu terakhir, hehehe.

Oke, mau sharing aja kali ya, karna ada yang minta juga, tapi saya hanya sharing hal yang sudah saya akui kebenarannya dan bukan sharing ilmu yang belum saya praktikkan ya :) Saya takut kena dosa jariyah :o

Oke, kita mulai dari filosofi Pancasila dulu deh :D

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Apa maksudnya?? Itu artinya, sebelum kau kau pada memulai aktivitas, kudu inget, saha nu ngaciptakeun maneh?? Ngadep, sungkem, nangis, pokok'e semuane kau lakukan. Tidak ada kesombongan yang tertinggal sedikit pun di hati :) Jangan kayak saya, sekalinya sombong, langsung dibales pol-polan sama Allah dengan "feeling" hampir mati dan bener-bener dibuat nyerah begitu aja :o

Pokoknya inget, Tuhan itu nomor 1, titik!

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Opo meneh iki?? Ini tuh maksudnya, kalo udah deket sama Tuhan kalian (kalau saya sih sama Allah :) ), jangan lupa, ada manusia dan makhluk ciptaan-Nya yang lain yang membutuhkan keberadaan diri kalian pula :) Tebar manfaat kalian seluas-luasnya, jangan pelit untuk bermanfaat *tamparan banget nih*

3. Persatuan Indonesia
Ini?? Maksudnya, ayo cari komunitas yang sesuai sama diri kalian :) Karna kalau kalian sendiri-sendiri, kalian akan sangat sulit untuk bisa survive di dunia ini :) So, ayo cari kelompok kalian :D Dan, jangan lupa pererat tali silaturahim :) Caranya gimana?? Kalau saya lebih prefer mendatangi rumah mereka :)

4. Kerakyatan yang DIPIMPIN
Rakyat aja butuh DIPIMPIN, masa elo ndak?? :) Maksudnya, itu bahwa kita harus mencari seorang guru bagi diri kita sendiri. Seorang guru atau mungkin lebih enak saya sebut mentor yang tahu mau kemana kita dan kita juga tahu mau kemana, sehingga kita tidak salah pilih PEMIMPIN :)

5. Keadilan sosial
Artinya, apapun yang terjadi, kita harus adil dan bisa membentuk WIN WIN SOLUTION kalau ada masalah :) Jangan egois, jangan mau menang sendiri. Karna ga mungkin kita menang kalau ga ada pihak yang kalah, betul ndak?? hehehe

Nah, itu intisari yang bisa saya sampaikan karna itu yan paling nampol parah sih, hehehe.
Kalau ilmu yang lain, kayak ternak ikan, atau mungkin jurus flip properti atau ternak rumah dan lain sebagainya, saya takut untuk nge-sharenya karna saya takut ada kesalahan dalam penyampaian :)

Sekali lagi, bukan karna saya pelit, tapi saya takut kena dosa jariyah :( Udah mah belum praktekkin, baru tau cuma karna baru denger, udah maen asal share kan bahaya :)

Sebelum ditutup, mau ngucapin selamat ulang tahun untuk adik bungsu saya yang paling mirip kelakuannya waktu kecil sekarang sama abangnya ini kalau kata mamah sama papah, hehehe.
Semoga jadi adik yang baik, pintar, shalih, rajin belajar dan nurut sama mamah papah ya Muhammad Fadhil Rusdiyanto :) Umur kamu beda sepuluh tahun kurang 6 hari sama abangmu ini, hahaha

At last, thank you for reading :)

Tuesday 12 November 2013

Aku menemukan sebatang besi yang berdebu di pingir jalan.
Kuhentikan langkahku dan kutatap batang besi di tepi jalan berbatu ini.
Milik siapa kah batang besi berdebu ini?
Aku menoleh ke sekitarku untuk melihat, apakah ada yang memiliki batang besi berdebu ini.

Selama satu hari, aku menanti di tempat itu.
Tidak ada yang datang untuk mengambil batang besi ini.
Aku ambil ia dari atas tanah dan kumasukkan ke dalam tas kulit yang menggantung di punggungku ini.
"Baiklah, akan kurawat engkau sesampainya di rumahku nanti."

Beberapa hari perjalanan telah berlalu dan kakiku pun telah rindu dengan derit lantai rumahku.
Kusapa rerumputan teras rumahku dan kuperkenalkan mereka dengan bawaanku yang kutemukan di perjalanan.
Kusapa burung-burung yang hinggap di pepohonan dan kuperkenalkan dengan besi itu.

"Sebuah hari yang indah, akan kupercantik dirimu setelah aku beristirahat".

Keesokan harinya, kusiapkan air dari mata air Kesucian dalam sebuah bak Pengampunan.
Kuambil batang besi itu dan kubasuh perlahan.
Kuusap perlahan agar debu-debu Kehidupan yang telah menempel padanya dapat meluruh bersama dengan do'anya.
Dan kupanjatkan lantunan do'aku untuk menyertai do'anya...

Setelah ia terlihat lebih baik dari pertama kita bertemu, aku persiapkan lagi sebuah pemanas.
"Kali ini, akan sedikit sakit, namun akan kujadikan engkau sebuah pedang yang indah. Dan akan ku ukir do'aku nanti untuk mempercantik keberadaanmu."
Dan Tungku Ujian Kehidupan pun kunyalakan, kulihat apinya sangat merah membara.
"Akan kutinggal kau untuk sementara di tempat ini hingga engkau cukup lembut untuk ku bentuk menjadi sesuatu yang baru."

Dan aku pun menyiapkan Altar Penempaan untuknya.
Mempersiapkan Palu Hikmah di dekat altar dan ku siapkan pula Air dari Lembah Kebijaksanaan untuk membasuhnya.

Tak lama kemudian, kuangkat besi yang sedang merah membara itu dan kuletakkan ia di atas Altar Penempaan baginya.
Kubentuk ia menjadi bentuk pedang yang kuinginkan.
Bentuk pedang terindah yang ada dalam bayanganku.
Dan kali ini, akan kutuangkan bayangan itu ke dalam dirimu.

Beberapa kali engkau melawan dan melukai tanganku, melalui percikan api dari benturan palu dengan dirimu.
Namun aku tersenyum, karna aku merasa hasilnya akan indah.

Hingga akhirnya, terbentuk sudah dirimu yang baru.
Masih merah menyala, namun lebih indah dari sebelumnya.
Dan kubiarkan dirimu berendam di dalam Air dari Lembah Kebijaksanaan.

Dan akhirnya, aku melihat bayangan itu menjadi nyata di dalam dirimu.
Kuangkat engkau dan kupandang lekat, "Betapa bahagianya aku hari ini!"

Akhirnya, kusambungkan dirimu dengan kerendahan hati dari sebuah gagang pedang yang indah.
Dan kupasangkan engkau dengan sebuah hijab indah yang terbuat dari untaian do'a.
Dan ku ukir dirimu dengan harapan.

Kupasang dirimu selalu di sampingku dan kubawa pergi berkelana kemanapun aku pergi.
Hingga akhirnya, hari itu tiba.
Aku harus menguji dirimu dalam sebuah kejadian.
Dan ternyata, yang bisa engkau lakukan hanyalah melukai diriku.

Engkau seperti pedang bermata terbalik.
Tidak berbahaya bagi yang lain, namun berbahaya bagi yang memilikimu...

Sunday 10 November 2013

Raga Tanpa Jiwa

Kau bukan siapa-siapa.
Sebuah tubuh tanpa ruh.
Yang masih berada di kefanaan dunia.
Dan kematian yang enggan mendekat.
Membusukkan ragamu dalam perjalanannya.
Dan kau tertinggal di tengah padang pasir.
Padang pasir kehidupan yang melemahkanmu.

Dan waktu yang perlahan memakan habis dayamu.
Kau tergeletak, terjatuh dalam jurang masa lalu.
Rekaman hidup yang telah kau sia-siakan.
Rentang waktu sejak kau kehilangan jiwamu.
Sejak usia 25 hingga kematian menjemput.
Kau hanya raga tanpa jiwa.
Matilah, kau mati untuk selamanya.

Sunday 3 November 2013

Actually, at this time, right now, I do am arguing about my existency as a human.
The whole process of "thinking" that I can't understand yet, it just like, swalaa~ confusing, mind freaking, madness and psychotic thought...

Just like this question.

While you read this post, who is the real one who read this post? Is it you? Or your brain?
And if it is your brain, then, who is the one who controlling the brain?

That's it. That's how I do become to get bored with this bored. Even I can't simply describing and understanding about who is the real "me"?

Thursday 31 October 2013

Song of the people that left behind this age

Have you ever feel that...
Your life is a total nonsense.
Your hardwork is nothing better than a sweat.
Your honesty is just a good deed for your God.
And your "Life Plan" is just a thing for your subconscious alter ego.

And your dream about a whole new world...
Where your dream, love and hope comes true...
A place, where you are not alone...
A place that full of happiness and joy...

Then you started to arguing about your memory, your existence...
Your origin, your homeland and
another half of yours and we called that as love...
And of course about this world, kinda illusion...

A study from Physical Molecular said that "Things" that we seen is some amount of micro particles that vibrate in the same frequency...
Then I started to arguing my ears and eyes...
A study from BioChemist said that every single piece of living or not living things in this world are created from so many and various micro particle called an "atom".
And I started to arguing my eyes and skin...

And at last...
A study from Biological Molecular said that our memory is just a chemical codes composed from Sodium and Potassium.
And now I hate my brain.

Anyone??
Is there anyone out there that can patiently teach me the simple meaning of this thing that we called as "Life"?
I'm tired...
I need to rest and a place to let my hopeless soul lay down comfortly...
I need the blue sky that can let my vision resting at its best...
I need a warm and soft place to put down this tired bone to the ground....
And I need a glass of "Prayer" in a form of water to be drinked out...
I need a warm pool of life to let this tired feet down...
My hand?? Just keep it with me, I need this most.

Oh God...
Please let the Night sing a Good Bye song for my soul...
A song that can replenish your soul with the new spirited one...
A song that You play when a baby cry...

Oooh, a pure love...
Oooh, a fake life...
Oooh Allah, I miss You...

Tuesday 10 September 2013

And another leaf has fall... 
Wind blows up that body and its soul to the sky... 
And the sky crying when that soul arrive... 
Only a good man that will be remembered after they gone...
A true kind-hearted human will be remembered...
Am I like that?
Be prepared...

Saturday 31 August 2013

Hitamku - Andra & the back bone

Masih adakah separuh hatiku
Yang kuberikan hanya untukmu
Ku harap engkau masih menyimpannya
Jangan kau pernah melupakannya
Maafkan kata yang t’lah terucap
Akan ku hapus jika ku mampu
Andai ku dapat meyakinkanmu
Ku hapus hitamku
Masih adakah separuh janjiku
Yang kubisikkan hanya padamu
Ku harap engkau masih mengingatnya
Jangan kau pernah melupakannya
Andai ku dapat memutar waktu
Semuanya tak kan terjadi
Ku hapus hitamku untukmu
(Simpan separuh hatimu)
Ku hapus hitamku untukmu
(Simpan separuh janjimu)
Ku hapus hitamku untukmu
(Simpan separuh hatimu)
(Simpan separuh janjimu)

Friday 30 August 2013

"CINTAKU SEPERTI ILMU TAJWID"

Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah, hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar...
Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati diantara idgham billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada...
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang...
Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta...
Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain...melebur jadi satu.
Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, Paling panjang di antara yang lainnya...
Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro.. terpantul-pantul dengan keras...
Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu..
Sayangku padamu seperti mad thobi'I dalam Al-Qur'an... Buanyaaakkk beneerrrrr....
Semoga dalam hubungan kita ini seperti idgham bilaghunnah yang cuma berdua, lam dan ro' ..
Meski perhatianku ga terlihat seperti alif lam syamsiah, namun cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas...
Kau & aku sepeti Idgham Mutaqooribain..
perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya...
Dan layaknya huruf Tafkhim, Namamu pun bercetak tebal di fikiranku..
Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun..
Subhanallah...
Sungguh bahagia insan yang telah menemukan cinta sejatinya, mereka ibarat tasbih & benang pengikatnya yang terajut menjadi satu untaian yang selalu disentuh satu demi satu oleh insan mulia yang bibirnya basah akan cinta kepada Rabb-Nya..

(Dinukil dari group WA)




Di copas dari FB seorang teman yang nge-share tulisan di atas, hehehe

Thursday 29 August 2013

three words

Who am I?
A simple sentence that contain three words.
Can you take it down in a second just to answer it?
Or maybe, you are still arguing about who you are itself?

If it then you answer it by "I'm a human."
Is that true?
Slowly, you'll feel something wrong with that answer.
Feels like unconnected answer if you plug it on that question.

So then, what is the correct answer for that damn three words?
To make it simple, I want you to use your eyes and look to my finger, can you see that?
Okay, now, use your eyes wisely and see all around you...

Is there something wrong with that?
I just wandering, where is my place in this reality.
By knowing where you are should be, then I think you'll know who you are.
Around this messy world and unjustice law.

Thursday 15 August 2013

Sometimes I said to the others "Be strong, never lose your hopes" by smilling to them..
With smile that I hope, it would give them more strength to face their life...
But in fact, I have no strength to face my life...
I'm powerless...

Sometimes, I said to the others "Let Allah decided, which way is the best for you"...
With a voice that would give them more power to believe to Allah...
But in fact, I always asking to myself "What would my life going to be?"...
I'm trying and trying to get the answer about that, only a dead end I found...

I'm looking, I'm trying and I'm thinking about the best for my life...
Feels like in search of a treasure, in some place I don't know...
And it feels like forever...
I thirst for hope...

Like searching something in the dark...
You walk and walk without any light...
You don't know what are you looking for...
But you believe that you'd know when you find it...

Feels like looking for nothing but it's very valuable...

Tuesday 30 July 2013

Aku berjalan melewati sebuah kerajaan. Daerahnya sangatlah subur dan penduduknya terlihat bahagia disana. Tampak kebahagiaan dan cinta sedang bersemi di dalamnya. Seperti sejuknya aliran sungai yang mengalir lembut tepat melintasi kerajaan tua tersebut.

Entah bagaimana, mataku tertuju kepada sesosok pengemis tua yang terduduk di tepi jalan. Tubuhnya kurus, kepalanya tertunduk dan wajahnya pun tertutup dalam gelap bayang topi jerami tua yang ia kenakan. Pakaiannya lusuh dengan banyak robekan dimana-mana dan celana yang hanya menutupi hingga lututnya. Alas kakinya hanyalah titipan kulit dari Tuhannya. Namun, bagaimana mungkin, tidak ada satupun penduduk di tempat ini yang memberikan rasa belas kasihan terhadapnya. Bahkan beberapa anak kecil pun terlihat mengganggu pengemis tua tersebut...

Ah... Sementara tubuhku semakin berteriak meminta haknya, aku mengeluarkan persediaan makanan yang kusimpan di dalam kain yang selama ini kubawa. Kulihat, hanya tersisa sepotong roti kering pemberian seorang ahli agama disana. "Ah.. Ada yang lebih membutuhkan benda ini daripada diriku. Bersabar ya tubuhku, Tuhan kita tidak pernah tidur dan terus melihat kita yang peduli terhadap ciptaan-Nya yang lain." ucapku berusaha menghibur diri yang sudah hampir dua hari ini belum mendapatkan haknya.

Kuhampiri pengemis tua itu dan aku langsung duduk di sebelahnya, sementara tatapan para pejalan kaki di sekitar tempat pengemis tua itu berada memandangku penuh benci dan beberapa terlihat menggumamkan kata-kata yang kasar.

Sejenak, kuperhatikan pengemis ini hanya terus saja menunduk. "Silahkan pak, dimakan rotinya" ucapku seraya menyodorkan satu-satunya makanan yang mungkin bisa kumakan hari itu.

Ia mengangkat wajahnya dan matanya menatap langsung kepadaku... Matanya penuh dengan kewibawaan dan kebijaksanaan. Perlahan, ia memperhatikan keadaanku dan ia berkata "Mari kita makan bersama" serunya dengan tersenyum dan membagi dua roti yang kuberikan, dengan bagian yang besar ia berikan untukku dan ia memakan sisanya.

Setelah selesai memakan roti tersebut, aku pun bertanya kepadanya perihal bagaimana bisa ia menjadi seorang pengemis di sebuah kerajaan yang sangat terlihat makmur.

Ia pun membetulkan posisi duduknya menjadi tegap dan mengarahkan tubuhnya condong kepadaku. Ia menghela nafas sejenak seraya melihat ke langit yang memayunginya dan berkata "Apakah engkau mempercayaiku? Aku hanyalah seorang pengemis di pinggir jalan, apakah engkau akan mempercayaiku?". Aku pun menjawab "Ya, aku percaya".

Ia pun menghela nafasnya dan bersiap-siap untuk berbicara.

"Baiklah anak muda, dengarkan kisah ini baik-baik. Aku dahulu adalah seorang pangeran di kerajaan ini. Raja yang sekarang menjabat adalah adikku dan raja yang terdahulu adalah almarhum ayahku. Adapun ibu ku masih hidup di dalam istana sana".

"Eh, bagaimana mungkin? Kau adalah seorang calon raja, mengapa engkau terdampar di pinggir jalan kota tempat mu ini?"

"Aku dahulu hidup di dalam sana. Di balik tembok yang ternyata banyak di impikan oleh mereka yang hidup di luar tembok batu itu. Ketika aku remaja, ayahku memintaku untuk menimba ilmu pemerintahan di berbagai tempat di dunia ini, terutama di kerajaan-kerajaan yang ada di seluruh dunia ini. Saat itu, aku hanya bisa patuh dan aku pun memulai perjalanan ku untuk menimba ilmu. Aku berhasil menjelajahi dunia dalam waktu kurang dari tiga tahun, dan aku kembali menuju istana ini.

Sepanjang perjalanan pulang, aku mencoba untuk memahami dan menarik kesimpulan bahwa negeri ini butuh pengembangan di bidang ekonomi, yaitu pengkaderan para saudagar agar dapat menopang stabilitas keuangan negeri ini. Sekalgus juga untuk dapat menaikkan taraf kehidupan masyarakat dan kesejahteraan. Sebelumnya, negeri ini adalah negeri yang hampir hancur akibat kemiskinan dan kriminalitas yang melanda. Tangisan para tunawisma dan peminta-minta di jalanan adalah hal biasa. Masyarakat tidak menggubrisnya karena mereka pun belum mampu mencukupi kehidupan mereka sehari-hari.

Dengan langkah bangga dan bahagia, aku berlari menuju altar tempat almarhum ayahku dulu berada dan menceritakan semua hal yang aku dapatkan dan yang ingin aku lakukan. Aku menceritakan pula kisah seorang Nabi besar dari tanah Timur yang juga menjadi seorang saudagar dan menekankan aliran harta sebagai sumber kehidupan sosial melalui zakat, infaq dan shadaqah. Aku pun mengajak mereka untuk pergi menemuinya dan agar kedua orangtua ku ini paham terhadap apa yang aku pikirkan. Namun, aku terkejut ketika mereka-orangtuaku menolaknya dan ternyata, tidak setuju terhadap keinginanku.

Akhirnya, aku pun pergi dari istana demi mewujudkan impianku. Kala itu, aku mencintai seorang gadis sederhana yang biasa kutemui di sebuah tempat dimana anak-anak kecil berkumpul dan belajar. Aku pun mengutarakan keinginanku untuk menikahinya dan dengan halus, ia menolak. Hatiku hancur, namun, aku harus tetap berjalan demi mimpiku.

Waktu terus berlalu, namun ternyata kehidupanku hanyalah seperti seekor anjing yang kehilangan tuannya. Segala macam hal yang kuusahakan selalu menemui kegagalan. Aku pun kembali menuju mereka dan lagi, menceritakan mimpiku dan meminta restu mereka. Namun lagi-lagi mereka menolak dan lebih memilih aku menjadi seorang raja yang hidup dari bayaran rakyat daripada seseorang yang mandiri. Aku pun pergi dan terus mencoba.

Namun memang, keridhaan orangtua adalah hal yang mutlak, persis seperti yang dikabarkan oleh Nabi besar itu. Hingga akhirnya, masa mudaku telah habis dan semua tenaga dan idealisme yang kumiliki pun akhirnya sampai pada batasnya, aku mendengar kabar bahwa ayahku wafat. Semua berduka, termasuk diriku. Aku bergegas pulang ke istana dengan pakaian lusuh ini dengan penuh perasaan menyesal.. Namun, ibuku sendiri yang tidak mengizinkanku untuk masuk. Aku diusir oleh para penjaga istana dan selang beberapa hari kemudian, adikku diangkat menjadi raja.

Setelah pengangkatannya, ia menemuiku dan berkata ingin sekali mewujudkan mimpi-mimpiku. Namun, aku yang telah habis dayaku, hanya mengomentarinya secara pesimis. Walau begitu, adikku terus memaksaku hingga akhirnya aku berikan semua ilmu yang aku miliki kepadanya. Dan akhirnya, perlahan berubahlah negeri ini menjadi negeri yang makmur. Adikku sangat berterima kasih kepadaku dan memintaku untuk kembali ke istana serta menjelaskan kepada ibuku bahwa kesuksesan negeri ini juga berkat diriku. Aku pun mengiyakannya berharap agar ada perubahan dalam kehidupan ku. Namun lagi-lagi, penolakan dan sakit hati masih membekas di hatinya. Dan aku pun pergi ke tempat ini dan duduk menghabiskan waktuku disini seraya menyesali masa lalu. Walaupun begitu, adikku masih menyempatkan diri menemui ku dengan melepas jubah kerajaannya dan memberikanku makanan setiap harinya. Karena, sang Ratu telah mengeluarkan peraturan untuk tidak memberi makan seorang pengemis dan sayang, pengemis di negeri ini hanya tinggal aku seorang."


Setelah mendengarkan kisahnya, aku pun perlahan memohon izin untuk pergi seraya memberikan beberapa keping uang emas yang kumiliki serta memohon untuk mendo'akan diriku. Tak lupa ku titipkan salam bagi sang raja. Dan aku pun pergi meninggalkan kerajaan itu dengan menangis.

Menangis untuk segera bertemu dengan kedua orangtua ku, dan juga menangis atas hati para rakyat yang sudah membeku.


Monday 29 July 2013

Jika aku kembali kepadamu

Aku mencintaimu...
Aku mencintaimu, bukan untuk kebahagiaan pribadi...
Apalagi untuk dibanggakan...
Tidak, sama sekali bukan karena hal itu....

Perhatikanlah...
Kebahagiaan setiap lelaki selalu hadir atas kebahagiaan yang dapat ia hadirkan di wajah mereka yang ia cintai...
Seperti cinta seorang ayah terhadap anaknya yang baru saja terlahir ke dunia...
Ataupun cinta seorang suami terhadap senyum yang ditampilkan di atas wajah istrinya...

Oleh karena itu,
Jika waktu berjalan dan ternyata aku kembali kepadamu...
Itu karena aku menginginkan seorang ibu yang terbaik bagi anak-anakku nanti...
Bukan karena kecantikan ataupun keanggunan luar yang kau tampakkan...

Jika aku kembali kepadamu...
Cukuplah Allah yang menghalalkan kita...
Beserta restu kedua orangtua kita...
Dan kepada-Nya, kita persembahkan generasi terbaik yang mampu kita didik...
Sebagai bekal amal bagi kita, maupun demi kemajuan ummat...

Dan cukup dengan itu, aku akan menemukan cinta kepadamu di setiap lipatan usia yang perlahan memakan kecantikan dan ketampanan yang ada di tubuh kita...

Aku mencintaimu...

-kresna

#based from real story

Sunday 21 July 2013

Salam sejahtera...

Salam sejahtera bagi jiwa-jiwa yang mati...
Salam sejahtera bagi nafas yang tak lagi menghidupi...
Salam sejahtera bagi hati yang telah terbelenggu masehi...
Salam sejahtera bagi akal yang telah habis terbakar api...
Salam sejahtera bagi anak-anak yang terbendung mimpi...
Salam sejahtera bagi para orangtua yang tak pernah merestui...
Salam sejahtera bagi para guru yang tak bisa diteladani...
Salam sejahtera bagi para pemimpin yang harta menjadi harga mati...
Salam sejahtera bagi para jema'ah yang logikanya telah mati...
Salam sejahtera bagi para lelaki yang tak berani menghalalkan hati...
Salam sejahtera bagi para wanita yang mengumbar janji...
Salam sejahtera bagi para suami yang tak setia mengimami...
Salam sejahtera bagi para istri yang tak setia mendampingi...
Salam sejahtera bagi para pengusaha yang lupa akan hisab nanti...
Salam sejahtera bagi rakyat menengah yang takabur menjadi makanan sehari-hari...
Salam sejahtera bagi rakyat miskin yang su'udzhan terhadap saudaranya yang berlebih...
Salam sejahtera bagi para kiai yang saling menjatuhkan...
Salam sejahtera bagi para pedagang yang mengurangi takaran pembeli...
Salam sejahtera bagi para wakil rakyat yang memalingkan wajahnya...
Salam sejahtera bagi manajemen tabib yang mengutamakan harta daripada nyawa...
Salam sejahtera bagi para pekerja yang bekerja setengah hati...


Dan salam sejahtera bagi diri sendiri yang sok benar sendiri...

Monday 15 July 2013

About kindness

I lost my words...
No matter how much I try to think about it...
No matter how much I try to arrange those part to become a particular object...
No matter how much I try to explain that was happening to me by using them...
Still, I am losing my words...

Did you know, what is a doomsday mean for a laureate?
It's when they lose their words, then they life has gone and they are being forgotten...

Then I ask to someone who knew his faith much than the other...
I ask him, what is a merit means?
He said "It's nothing."
I repeat "Pardon me sir?"
And then he said "Are you looking for merit or looking for your God permission for you to get in to his heaven? Have you ever read in your Holy Qur'an? Does it merit or your God permission that will let you in to His heaven?"

And then I lying on the ground, look into the sky and then I realize how small I am in this universe...

Friday 28 June 2013

Milikku? Milik-Ku?

Banyak hal yang terjadi pada tahun ini...

Singkat kata, hanya ingin menyimpulkan suatu keadaan anak manusia.

Pahamilah, bahwa sesungguhnya, kita hidup tidak pernah membawa apa-apa...
Apakah gelar pendidikan...
Atau harta yang berlimpah...
Teman yang banyak...
Amal baik yang kita kerjakan...
Amal buruk yang kita hindari (kadang-kadang)...

Semuanya terjadi atas ridha Allah...
Semuanya terjadi atas kehendak Allah...
Dan kita sebagai manusia, apa daya kita?

Apakah gelar pendidikan itu kita raih karena kerja keras kita? Ataukah karena ridha-Nya?
Apakah harta yang kita dapatkan karena kuat keringat kita? Ataukah karena ridha-Nya?
Apakah teman-teman yang ada di sekitar kita ada karena kemampuan kita? Ataukah karena ridha-Nya?
Apakah amal baik yang kita kerjakan adalah hasil cipta kreasi kita? Ataukah karena ridha-Nya?

Lalu, apa yang sebenarnya manusia miliki??

Wednesday 22 May 2013

Mimpi, manusia dan jiwa


Aku berjalan di sekitar reruntuhan bangunan kuno yang menjadi tempat persinggahan para pengembara.
Di suatu sudut bangunan itu, tepat di bawah sinar mentari yang melirik masuk menerangi, seorang anak muda duduk terdiam.
Tatapannya kosong, menatap kegelapan yang mengelilinginya.

Sejenak, aku memperhatikan dirinya dari kejauhan.
Ianya bukanlah seseorang yang buruk rupa, garis wajahnya menampakkan bahwa ia bukanlah seseorang yang biasa-biasa saja dan matanya menatap tajam walaupun aku tidak mengetahu apa yang sebenarnya ia lihat di hadapannya yang gelap gulita itu.

Aku pun menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
Berusaha mencari-mencari, siluet apakah yang ia lihat dibalik kegelapan yang ada di hadapan kami berdua.
"Wah, gelap sekali ya di sekeliling kita ini." Ucapku mengawali pembicaraan.
Namun pemuda tersebut tetap saja menatap ke depan, hampa.

Semakin menjadi-jadi lah rasa penasaranku ini.
Kupicingkan mataku untuk semakin memperkuat daya akomodasi mataku, berharap ada sesuatu yang dapat kulihat dan mungkin saja terlewat.

"Hai anak muda, bolehkah aku bertanya? Aku sedikit tidak mengerti dengan apa yang kulihat ini..." Ucapku untuk menarik perhatiannya.
"Hai orang tua, apakah aku masih hidup?" Ucapnya dengan suara yang lirih...
Aku pun menjawab "Eh, ya! Tentu saja!"

Lalu ia pun membalas "Apa buktinya?"
Aku pun menjawab "Buktinya, engkau dapat melihatku sekarang bukan? Coba letakkan tanganmu di dada sebelah kirimu, jantungmu masih berdetak bukan? Coba kau rasakan dengan tanganmu tempat kita duduk ini, masih dapat kau rasakan kasarnya tempat kita bepijak ini bukan? Kau pun masih dapat mendengarku, melihatku dan juga coba letakkan ujung jarimu di ujung hidungmu, kau masih bernafas! Itu tanda bahwa engkau hidup anak muda.." Jawabku, walaupun aku sedikit tidak yakin dengan jawaban itu.

Suasana pun hening, dan aku melihat bayangan-bayangan halus mendekati tempat sinar mentari menyinari kami.
"Tidak, aku sudah mati, sudah lama sekali aku meninggalkan dunia ini.." Jawabnya dengan suara yang parau..
Aku pun diam sejenak, memperhatikannya dan menunggu kata apa lagi yang akan keluar dari mulutnya.

"Aku hampir menyentuh umur 20 tahun. Namun aku sudah mati lebih dari 5 tahun yang lalu. Kala itu, aku percaya dan mempercayai mimpiku untuk menjadi seorang tabib dan membantu semua orang dengan tanganku. Aku mempercayai itu dan kedua malaikat yang hadir sejak aku tiba di dunia ini pun kala itu mendukung keinginanku. Melihat kemampuanku kala itu, rasanya tidak mungkin aku tidak bisa mewujudkan mimpiku itu."

"Hingga suatu hari, musibah itu tiba. Aku dikalahkan oleh mereka yang teguh memegang mimpinya. Kala itu, mimpiku hancur tak bersisa.. 'Bagaimana mungkin... Apa yang aku persiapkan selama ini menjadi tidak berarti sama sekali...' ucapku kala itu. Hingga akhirnya, aku pun tidak lagi memiliki tujuan hidup dan aku mungkin menginginkan tanah sebagai alasku untuk beristirahat."

"Tiba-tiba saja, kedua malaikat itu menghampiriku dan berkata 'Kami sudah menawarkan dirimu untuk mengembangkan kemampuanmu di tempat itu dan setelah dirimu selesai disana, akan ada pekerjaan besar menantimu dan dengan bayaran yang besar pula'".

"Secercah mimpi tiba-tiba hadir di hadapanku. Bukan mimpi kedua malaikat ku itu, namun mimpi yang jauh lebih tinggi dari yang pernah ku bayangkan. Aku bermimpi untuk menjadi orang-orang terpilih yang memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat... Aku bermimpi untuk menjadi seorang saudagar! Seorang saudagar, yang melalui tangannyalah kelangsungan hidup banyak orang akan ia penuhi dengan perjanjian maupun diluar perjanjian!"

"Namun memang, untuk menjadi saudagar bukanlah sebuah hal yang mudah dan memang sangat besar ujian dan resiko yang akan kuhadapi nantinya."

Aku terdiam dan terus memperhatikannya berbicara..

"Namun, kedua malaikat penjagaku menolak mimpiku. Mereka menginginkan kebaikan untukku, bukan kesengsaraan. Namun mereka tidak setuju dengan mimpiku dan mereka terus memaksaku untuk mengembangkan kemampuanku. Tapi tidak! Bukan kemampuanku yang menjadi fokus mereka! Hanya selembar kertas yang akan menyatakan apakah aku sudah berkembang atau tidak!" Ucapnya dengan suara yang semakin parau dan mata yang berkaca-kaca..

"Dan akhirnya, atas nama ketundukkan dan kepatuhan, aku mengikuti apa kata kedua malaikat penjagaku.. Hari demi hari berlalu, dan aku semakin tidak kerasan berada di tempat itu.. Aku meminta untuk beristirahat sejenak dan ingin melanjutkan mimpiku, namun apa jawaban mereka? Mereka hanya ingin melihat selembar kertas itu daripada kehidupanku! Dan kau tahu, sejak saat itulah aku mati... Tubuhku hidup, ia bernafas namun jiwanya mati..."

Entah apa yang harus kukatakan, namun cerita dari dirinya membuatku tersentak dan bersyukur karena aku dapat memilih jalan hidupku sebagai pengembara.

Disaat sinar mentari mulai meninggalkan kami, kulihat tubuh yang tegap dan gagah itu terbaring lemah dengan wajah tersenyum namun matanya merengut. Tubuhnya mengikuti kemana jiwanya pergi setelah sekian waktu tidak berjumpa...

Oh dunia... Oh mimpi... Oh kehidupan...
Mungkin kepekaan itu adalah segalanya.
Terhadap pesan-pesan halus yang tak mungkin disampaikan dengan kata-kata ataupun yang mampu ditangkap dengan indra manusia.
Semoga wajahku tersenyum dikala kita berjumpa.
Akupun memantaskan diri dan menghitung hari...
Semoga tanah terbaik untuk tubuhku yang usang ditelan zaman.
Aku telah lama beristirahat di suatu negeri yang indah alamnya. Aku sudah tinggal di negeri itu sudah hampir 1 tahun lamanya. Aku sudah cukup mengenal penduduknya. Ya, itu karena ketika aku bertemu dengan mereka, aku menyapanya. Seperti itulah hari-hariku dilalui. Hingga akhirnya, aku tertarik terhadap seorang wanita.

Aku tidak tahu bagaimana Bumi menebarkan serbuk cintanya kepadaku. Yang kutahu, apa yang kulihat tentangnya adalah hal yang baik.Namun, ada satu hal yang kulupakan. Aku melupakan bumi tempat ku berpijak. Dan aku melupakan bahwa itu aku yang memulai dan bukan dari dia.

Waktu berjalan dan akhirnya terasa, bahwa ternyata aku telah mati. Aku telah mati dari sejak aku tiba di negeri ini. Cinta yang kurasa mungkin hanya sebuah halusinasi. Hati yang telah kurawat mungkin hanyalah isapan jempol belaka.

Kini, aku ingin pergi. Hanya ingin pergi dari tempat ini. Tempat yang membuatku mati walau aku masih memiliki denyut nadi. Tempat yang membuatku mati walau aku masih memiliki hati.

Aku yakin aku masih hidup di dunia ini. Walaupun kini keberadaanku pun aku pertanyakan... Apakah aku ini hidup?

Aku pun mempersiapkan lagi perjalananku untuk menjauh dari tempat yang telah membunuhku. "Ah..Satu bulan lagi.." ucapku sambil menatap langit malam yang tersenyum kepadaku. Dan bisikan datang kepadaku bahwa akan ada tamu yang segera menghampiriku. Dan entah mengapa, aku hanya tersenyum walaupun aku tidak yakin siapakah tamu tersebut.

Aku hanya berharap dapat tertidur selamanya di dalam balutan tanah suci ketika aku tidak lagi dibutuhkan di dunia ini oleh Tuhanku.

Friday 17 May 2013

Fire need oxygen and some other things that can be burned by them so they would become a flame, not a flare.
Does it provide all of those things that could make a great acceleration for itself?
Nah, big mistake.
Find that, those environment that will blow you up to the sky of accelerated time.
Find, those pals who can accelerated you and them.
Find that and you'll be fine.

Like those light from the candle.
Candle itself will be ran out of time by it's light.
But in the right place, those light will be worth than gold.

Sometimes I feels like a total stranger who came from another world.
I see this world in different way.
And so do I saw them, those people who said that they are the religious people.
Ah, biggest fake I've ever heard. 

You need oxygen, and some things that can be burned so you could becoming a great flame. You provide it? No! You find it. Move out.

at last, she got blind by herself. Showing those future means present. Not with logic, just with heart. And she's alone

And those dumbass brothers still "rock-headed" and their chairman of stupidity didn't say anything. Fools

And those little kitty? They got confused without any identity. So they become mice

And I? Ah, as I said before, find your oxygen and those things that can makes you becoming a flame, not a flare

Yeah, maybe I just need to walk by now and leaving those old folks. Maybe I'll die as a coward. Maybe NO.

By the time goes on and rotting my body, I just try to move it frequently so they becoming a gold in history.

Maybe I've to listen to what she said before. Avoiding them is the best way. So good luck then

Ah... If that country is a communist... Ah... I hope I am a Chinese...

So I can cut off some of their generation and... BINGO! It's a new book! What a nice clean book!

Maybe I'm better with swords thatn words... Just wandering...

No regret now. No one will looking for him right now. He is just a loser, hahaha. Loser in their world, not his.


Be good. Be sensitive. And be strong. God bless you. Wait, not me.

Just walk on your path. Go and see the God. Talk to Him. And pray for the kindness of them.

You just can't wait for her. And you have a special way to confessing something.

An angel behind those evil mask. See you in the terror of the knight. Who will bring you to the bright. With some little fight.

A spirit. A soul. An imaginary power. Without place for its splash, it's just an ash in a vase.

Ah, too much words just to say good bye. Any "see you next time?" Nah, I don't think so.

So then, they becoming a witch. Please just finish this shit

May kindness be with you and may God be there with you. From your evil, with love.

Monday 13 May 2013

Bismillah...
Aku mencintaimu...
Walau mungkin tidak dapat kupastikan...
Alasan apa yang ada dibalik cinta yang terukir ini...

Semoga tercapai semua cita-citamu...
Terima kasih...

Sunday 12 May 2013

Apakah waktu akan berbicara terhadapmu?
Untuk segala hal yang belum pernah engkau ketahui...
Yang ia sembunyikan dalam jubah Ketidaktahuan...

Waktu...
Apakah aku yang terpedaya oleh manisnya dunia yang engkau tawarkan?
Apakah aku terlena untuk hidup seribu tahun lagi?

Cobalah renungkan...
Hentikan langkahmu sejenak dan pandanglah rekam jejak sejarah...
Bayangkan berapa banyak waktu yang kau hemat untuk belajar dari hal itu (sejarah)?

Mereka yang berjiwa besar dan menjadi goresan emas tinta sejarah...
Apakah menunggu waktu berbicara terhadapnya?
Atau justru mereka berkelahi dengan waktu?

Yang ditawarkan oleh waktu hanyalah ketidakpastian...
Apakah engkau akan membiarkan hal itu?
Ataukah engkau akan memaksanya (waktu) mengakui bahwa engkau telah menaklukkannya?

Aku hanya tidak ingin mati digerus zaman.

Friday 3 May 2013

Materi Spiritual Bisnis with Cak Gustanto

Bismillah...

Tulisan ini mungkin sebagian akan menilai "Ngapain sih do'a ditulis di blog segala? Mau pamer bla bla bla bla?"

Tapi jujur, tulisan ini dibuat karena penulis sudah ditempeleng abis-abisan sama Gusti Allah melalui perantaraan tangan dan mulut Cak Gustanto (Pengusaha asal Jogja dengan penghasilan >200juta per hari) PER HARI YA!

Well, pertanyaan utama yang dilemparkan oleh Cak Gustanto kepada kami semua di kelas kemarin malam (Malam Jum'at jam 8 malam) adalah "Kalian kalau ngeloby, apa aja sih syaratnya?"

Tau nge-loby kan guys? Itu loh, pedekate gitu agar keinginan kita bisa dipermudah.

Nih syaratnya
1. Penampilan rapi
2. Tempat representatif untuk ketemuan
3. Cara komunikasi
4. Mengerjakan yang disukai yang di loby
5. Tepat waktu
6. Ikhlas
7. Oleh-oleh.

Ada 1 syarat lagi sih, tapi saya lupa.

Tak jelasin satu-satu ya. Tapi pakai bahasa saya pribadi, karna Cak Gus menjelaskannya dengan kisah yang panjaaaang banget.

1. Kira-kira nih sob, kalau lagi ngelamar kerja terus mau ketemu sama interviewernya, kira-kira kita mau pake baju yang kayak gimana? Yang rapi atau jelek? Paham kan ya?

2. Kalau mau ketemuan nih, pedekate sama direkturnya gitu agar diterima kerja, kira-kira enaknya ketemuan di pinggir kali atau di restoran? Paham kan ya?

3. Kalau mau mengutarakan niat ketemuannya nih, kira-kira pakai bahasa yang halus (dan memelas) agar diterima kerja atau dengan nada sombong? Paham kan ya?

4. Nah, ini kalau mau pedekate sama perempuan, mau ngerjain yang do'i sukai atau yang do'i benci? Paham kan ya?

5. Udah janji ketemuan, tapi kita malah telat? Kalau kata Cak Gus, ibarat sopir, udah disuruh majikannya buat ngejemput jam 9 di rumah dan bawa mobil, tapi tuh sopir malah belum dateng dan memiliki berjuta alasan BAHKAN sampai nyuruh bos nya nungguin. Kira-kira tuh sopir enaknya diapain ya??

6. Ikhlas, apa aja yang disuruh, ya dilakukan saja. Taruhannya kan "Mau dapet kerja atau engga?" Paham kan ya?

7. Nah, yang terakhir ini paling penting. Ibarat mau pedekate sama calon mertua, pasti bawa oleh-oleh dong? Ya apa gitu yang bisa bikin CaMer simpati dan yakin untuk merelakan anaknya sama situ, ya ga? Paham kan ya??



Nah terus, apa intinya?

Coba diganti kalau kita mau nge-loby sama Allah yang MAHA KAYA, MAHA PEMBERI REZEKI dan MAHA PEMBERI SOLUSI.

Paham kan ya?? :)


-M. Nicova K.K.P. EU 110

Tuesday 30 April 2013

Aku melintasi suatu negeri yang dikelilingi oleh Peri-Peri Kasih Sayang. Tampak banyak sekali pasangan insan pria dan wanita saling memegang erat tangan satu sama lain maupun saling melempar canda. Namun mataku tertuju pada sepasang kekasih muda yang duduk di dekat sebuah masjid tua di bawah pohon maple. Sang wanita tampak anggun layaknya Tsarina dengan mata yang tajam namun meneduhkan dan lekuk pipi yang tebal dan menggemaskan di balik balutan kain pelindung kepala dan sebagian tubuhnya duduk dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah sang pria. Sedangkan pria tersebut bermata coklat tua yang terbuka sebagian-terlihat seperti pemalas dengan alis cukup tebal serta garis wajah yang kaku dengan gaya khas negeri padang pasir.

Mereka berdua terlihat berbincang-bincang ringan, saling tersenyum, tertawa dan bertatapan mata satu sama lain. Ah, masa muda. Aku sedikit teringat masa mudaku.

Lalu aku mendengar, sang pria berkata "Sebelum hari ini memisahkan kita dan Bumi menjauhkan kita berdua, aku berniat untuk menikahimu 2 tahun dari sekarang. Maka dari itu, tunggulah aku disana, karena dirimu yang aku tuju. Jikalau aku tidak dapat menemukanmu, aku akan mencarimu. Aku hanya akan berhenti mencarimu ketika aku mendapatkan kabar buruk darimu. Hanya langsung dari dirimu..."

Saat itu, aku melihat wanita tersebut hanya tersenyum malu dengan rona merah mengembang di wajahnya. Dan mereka pun saling menatap gerbang hati masing-masing dan tersenyum.


"Ah, seandainya aku seberani dan sekuat pria muda tersebut..." Ujarku seraya kembali melanjutkan perjalanan mengingat hari semakin gelap.


Beberapa waktu kemudian...

Aku kembali menuju negeri dimana bunga-bunga cinta bermekaran dan bertebaran... Hampir dua tahun sudah lamanya aku meninggalkan negeri ini, berharap, aku dapat melihat masa-masa bahagia dari pasangan kekasih muda yang kulihat dulu. Belum sampai memasuki negeri tersebut, di samping Gerbang Suka-Duka, aku melihat sesosok pria yang sepertinya aku pernah melihatnya, duduk terdiam di depan pintu Gerbang Duka. Matanya sendu, tatapannya kosong menatap tanah.

Perlahan ku dekati dirinya dan kusapa, "Hai anak muda, sedang apa kau disini? Duduk terdiam di hadapan sebuah negeri dimana kasih sayang adalah benih kehidupan dan cinta adalah energi penggeraknya."

Pria muda itu pun berkata "Apakah engkau Rurouni yang waktu itu kulihat 2 tahun yang lalu?"

"Ya, benar. Maka dari itu, aku memberanikan diri untuk menanyakan kabarmu."

Lalu ia menceritakan kejadian 2 tahun yang lalu itu yang sebenarnya sudah kuketahui sebelumnya. Setelah itu, matanya mulai berkaca-kaca.

"Satu tahun yang lalu, hubungan kami berdua masih sangat baik sekali. Kami saling berkomunikasi, bertemu dan bertukar pikiran. Namun setelah itu, keadaan berubah. Komunikasi kami terputus. Ku pikir, wajar karena kesibukan dia maka aku harus merelakan kerinduanku untuk kutahan. Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Setiap kukirim surat, dia sudah tidak lagi membalas. Walau bagaimanapun, aku tetap yakin bahwa itu mungkin kesibukan dia dan semoga saja demi kebaikan dia."

"Sampai akhirnya, beberapa hari yang lalu, aku beranikan diriku untuk meminta izin untuk menemuinya dengan harapan untuk bisa memastikan keadaannya dan juga ketetapan hatinya. Namun, apa yang kuterima? Perkataan kasar dan merendahkan... Ketika kutanyakan 'Bagaimana perasaanmu terhadapku sekarang?', dirinya mengatakan dengan angkuhnya 'Kita ini BERBEDA. Sadar ga sih? Ubahlah cara pandangmu. Jika memang kita berjodoh, pasti nanti akan bertemu. Jika tidak, yasudah. Apa sulitnya merubah cara berfikir!? Aku hanya ingin memikirkan hal ini, nanti ketika aku sudah mencapai keinginanku'."

"Dan beginilah aku saat ini Rurouni... Apakah aku terlihat seperti seseorang yang tidak serius? Atau mungkin apakah aku melakukan sebuah kesalahan yang besar? Aku tidak dapat melihat dimana letak kesalahanku... Aku sangat mencintainya, apakah aku salah dalam mencintainya?"

Sejenak, aku terdiam dan menarik nafas panjang....

"Anakku... Bersyukurlah kepada Tuhanmu, karena ia menyingkap tabir yang selama ini ada di antara kalian berdua. Sejatinya cinta adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pihak yang saling mencintai. Saling memberi dan saling menghargai, Keseimbangan diantara keduanya lah yang membuat cinta bertahan hingga menjadi kenangan sejarah. Lantas, apakah cinta di antara kalian berdua sudah seperti itu? Aku hanya dapat berkata, menangislah jika kau rasa tidak ada lagi cara yang dapat kau lakukan untuk menyalurkan kesedihanmu, namun, segeralah bangkit, karena dirimu sekarang jauh lebih pantas bagi wanita yang jauh lebih baik daripada wanita yang engkau cintai sebelumnya..."

Pemuda itu pun terdiam dan menatap langit biru yang bertabur awan putih. Aku menarik nafas panjang dan menepuk pundaknya seraya berkata "Aku ingin melihatmu di puncak dunia. Engkau lelaki yang baik. Engkau bisa menghargai sesuatu bahkan disaat wanita yang engkau cintai pun tidak menghargainya. Kasih sayangmu, berikanlah kepada wanita yang dapat menghargainya. Bukan kepada wanita yang hanya mengejar egonya semata."

Dan aku pun pergi lagi, melanjutkan perjalananku...

ATEIS

Aku melihat manusia berjalan di atas Bumi ini setiap harinya.
Namun hari ini, aku melihat sesuatu yang baru saja aku sadari.
Aku melihat sekumpulan ilmuwan muda duduk melingkari sang Guru di tengah padang rumput yang hijau dan di bawah sebuah pohon yang besar di siang hari yang sejuk itu.

Terlihat dari jauh, beberapa orang datang tergesa-gesa karena yang mereka harapkan telah dimulai.

Setelah mereka semua terduduk dengan teratur, sang Guru pun berkata "Dengarkan baik-baik apa yang kuberikan hai murid-muridku karena keberadaanku disini hanyalah sebagai formalitas dari sebuah perjanjian demi kehidupanku."

Salah seorang murid mengangkat tangannya dan berkata "Wahai Guruku, aku belum menjalankan perintah Tuhanku hari ini. Izinkanlah kami yang ada disini untuk menjawab panggilan cinta-Nya..."

"Oh, tidak bisa. Perjanjianku dengan manusia mengharuskanku untuk memberikan kalian tinta ilmu ku beberapa tahun lagi."

"Jadi perjanjian kehidupan Tuan lebih berharga daripada panggilan cinta Tuhan kami?"

"Tidak, tolong pahami karena ini perjanjian kehidupan saya."

Dan terlihat dari jauh, beberapa orang murid meninggalkan pohon tersebut seraya berkata "Guru ku menuhankan MANUSIA! Bagaimana mungkin aku berilmu dari seseorang yang manuhankan MANUSIA?"

Dan aku pun teringat akan sebuah pepatah tua...
{Para ilmuwan berjibaku mendaki gunung ilmu pengetahuan selama ribuan tahun demi mencapai puncaknya untuk menemukan hakikat Tuhan. Namun yang mereka temui hanyalah para filsuf yang terdiam selama ribuan tahun pula demi memecahkan hakikat Tuhan di dunia}

Ah... Benar sekali pepatah tua tersebut...
Tuhan memang mempunyai berbagai macam bentuk...

Dan begitulah awalnya aku menjadi seorang ATEIS.

Tuesday 2 April 2013


When you lose your soul...
The world seems got disturbed by your way...
You feel everything is just a gift...
And someday, the owner will ask it back to him...

When you feel distracted...
You just see this life just like a travel...
And you are the wanderer in the middle of the dessert...
Feel thirsty so much that you couldn't find any oasis near you...

When your spirit gone...
It feels like you were watching the cloud that gone so fast by the wind blow...
Is there any kind of purpose from this life?
Or we just wandering around this nasty world and then die and done?

Oh my Lord...
I'm trying to understand what is this life means...
I'm trying not to cry when it feels hurt to lose but I can't feel loss...
Is this what misery means to be?

Time goes on without any compromise...
And here I lie near the river of despair...
Far, far away from those who thinks that they are the truth...
And countdown to the death, faster than before...

Sayonara my life...
Sayonara my friends...
Sayonara my family...
And nice to see you, my Lord...

Monday 1 April 2013

Apakah ini mimpi? -.-
Kau datang dan sama seperti dulu..
Masih kah kau menyimpannya?
Memiliki hal yang pernah kutinggalkan
Perasaan? -.-
Yang benar saja, jangan bercanda ._.
Sama saja denganku..
Dengan siapa?
Aku?

Maaf ya..
Kan sudah kubilang berkali-kali...
Aku tidak bercanda, serius -.-

Aku memang serius, siapa pula yang bercanda -.-
Hanya saja, memang terdengar bercanda -.-
Selalu saja seperti itu..
Merasa ga?
Ya? Apa?
Bersalah ._.

Karena apa bodoh? -.-
Selama ini aku selalu mengacau ._.
Ini pasti terlihat aneh kan?
Aku berbicara apa adanya seperti ini..
Merasa aneh ya?
Kau tidak apa-apa? Atau malah tidak mendengarkan ya? -.-
Terlalu.. -.-
Jauh sekali pikiranmu nak! -.-

Tapi, bukankah itu kenyataannya?
Aku dan dirimu itu seperti berada di dua tempat yang bertolak belakang..
Benar-benar tidak dapat dipercaya...
Mencintaimu? Ah tidaak, aku mengatakannya -.-


Di penghujung malam pada Bulan April di tahun perubahan. Seorang gadis tanggung hampir kepala dua dengan alis yang tebal dan mata yang indah hanya bisa duduk dan termenung di bawah bayang-bayang sinar rembulan. Iya melayangkan jarinya ke langit malam yang gelap, hampir tiada bintang yang terlihat. Pun Bulan seakan bersembunyi untuk tidak ditemukan olehnya.

Sepertinya aku belum pernah melihat dia sebelumnya. Dan dari jauh, aku putuskan untuk menunggu dan memperhatikannya. Entahlah, seperti ada magnet besar di dalam dirinya hingga akhirnya aku duduk di dekat sebuah pohon dan mulai mengeluarkan kanvasku.

Sesekali, aku melihat gerak-gerik gadis tersebut, dan selanjutnya aku meneruskan lukisanku. Hingga akhirnya, perlahan, terlihat raut wajahnya yang berubah menahan kesedihan dan kegelisahan jiwanya..

Dengan tenang ia berkata

"Wahai malam yang agung dengan jubah kegelapanmu yang bermandikan cahaya bulan dan bintang, apakah benar bahwa engkau mengajarkan kepada anak manusia tentang arti kesendirian? Ataukah justru engkau mengajarkan tentang arti menghargai dan melengkapi?

Wahai untaian cahaya yang datang dari tempat tak bertuan, apakah benar bahwa engkau mengajarkan kepada anak menusia tentang sebuah perpecahan? Ataukah justru engkau mengajarkan tentang arti dari kebersamaan walau terpaut jarak yang nisbi?"

Kata-kata yang indah, namun sayang ia tenggelam di dalam kesunyian malam...


Akhirnya, aku pun menyelesaikan lukisanku. Entah bagaimana, langit di dalam goresan kali ini terlihat lebih sendu daripada yang sebenarnya terjadi. Seakan melukiskan pertanyaan yang menjadi tanda tanya besar gadis tersebut.

Akhirnya aku pun merapihkan kembali peralatanku dan bersiap untuk kembali menuju tempat peristirahatnku. Tepat disaat aku berdiri, rembulan bersinar sangat terang dan kulihat gadis tersebut, berdiri dari tempat dimana ia duduk dan kulihat mata yang tegar dengan sedikit sisa air mata dan rambut panjang yang tersibak perlahan dengan angin malam yang dingin menusuk tulang. Sedikit senyuman tersirat di bibirnya dan kupikir, ia telah berhasil menemukan jawabannya.

Aku pun melangkah pulang berlawanan arah dengan gadis tersebut, namun kami saling melewati satu sama lain pada satu titik. Di saat itu, aku bergumam pelan "Aku menyimpan pertanyaanmu". Dan dirinya pun hanya tersenyum pelan kepadaku seraya terus melangkah pulang.
Permainan monopoli dan bisnis.. Sepintas, kita semua pasti merasakan hal itu sebagai suatu hal yang serupa. Tapi kenyataannya berbeda. Karena kehidupan, tidak ditentukan dengan keberuntungan jumlah dadu yang tidak dapat kita kontrol. Namun akan ada banyak keberuntungan yang dapat kita atur dengan sendirinya.

Sunday 24 March 2013

Mimpi

Ini cerita tentang mimpi gue pagi ini.

*Ngapain lu ceritain mimpi lu woy?? sok eksis!


Sabodo, ini nightmare terburuk yang pernah gue alami setelah dulu pernah mimpi dikejar mumi -___-

Sebenarnya, hari Sabtu kemarin adalah hari yang biasa saja. Ga ada hal yang menarik banget dan mencolok banget untuk menjadi sumber mimpi buruk itu.. Tapi, ya mimpi adalah mimpi... Karena kondisinya terlampau nyata untuk menjadi mimpi, gue mau ceritain.


Oke, jadi di mimpi itu, gue ada di sebuah kota yang sejuk dengan bangunan rumah bergaya ala Timur Tengah modern. (Sampai tulisan ini dibuat, gue masih yakin betul kalau mimpi itu setting tempatnya kemungkinan besar di Palestina)

Kota tersebut sangat sejuk, nyaman dan orang-orang disana sangatlah ramah dan benar-benar kokoh seperti satu keluarga besar.

Hingga akhirnya, mulailah ada penyerangan. Peluru berterbangan dimana-mana... Mayat bergelimpangan dimana-mana... Dan saya pada mimpi itu hanya bisa bersembunyi dan berusaha melarikan diri...

Waktu pun berlalu dan ada kabar tentang suksesnya gencatan senjata. Kami semua pun berhamburan memeluk saudara-saudara kami yang berada di wilayah yang lain. Sampai akhirnya, ketika memasuki sebuah tikungan di sebuah kota, ternyata sudah banyak tentara yang mengarahkan moncong senapannya ke arah kami dan mulai menembaki kami semua secara membabi buta. 

Lagi-lagi saya kembali berhasil selamat.

Namun yang lebih tragisnya, ketika hari itu telah berlalu, keesokan harinya, ada banyak dari tentara itu yang datang ke rumah-rumah dengan alasan ingin meminta maaf dan ingin berbaur dengan kami yang berada di wilayah kami. Dan ketika malam tiba, serentak terdengar bunyi tembakan disana-sini...

Telah terjadi pembunuhan secara massal... Dan kala itu, gue tertembak tepat di bagian dada. Sayup-sayup, penglihatan gue mulai kabur... Entah kenapa juga, saat itu gue seperti melihat sesuatu dan menangis... 

Dan gue akhirnya terbangun dengan nafas ngos-ngosan, airmata yang sudah membasahi pipi dan sekali lagi, itu terlalu nyata untuk menjadi sebuah mimpi...

Sunday 10 March 2013

Paku yang telah ditanamkan pada sebuah dinding coklat tua
Apakah yang engkau pikirkan?
Kebaikan yang ada di pikiranmu
Menjadi luka yang kau torehkan, dalam...

Hingga pada akhirnya, habis sudah waktu yang ada
Apa yang akan terjadi?
Hilangnya dirimu membekas dalam pada dinding coklat tua
Sudahlah, tidak usah dipikirkan, ini hanyalah sebuah luka kecil biasa

Waktu berganti dan kau datang kembali...
Kau hunjamkan lagi dirimu pada dinding coklat tua itu
Memang, itu semua untuk kebaikan yang lain...
Tapi tidak dengan dinding coklat tua itu...

Hari berganti hari dan luka yang kau tinggalkan pun semakin bertambah
Lubang-lubang kecil yang awalnya aku anggap remeh, kini merusakkanku...
Namun apa daya?
Bagaimana mungkin aku membenci engkau yang juga telah berkorban demi yang lain?
Dan aku pun diam tanpa kata karena aku yakin, hatiku akan sampai kepadamu...
Dinding coklat tua itu...

Dan benarlah pepatah lama itu...
Luka fisik akan terobati, namun tidak dengan luka di hati...


maka-kembali-jika

Thursday 24 January 2013

Oh, hai, apa kabar?
Bagaimana keadaanmu hari ini?
Semoga baik-baik saja.
Bagaimana kuliahnya? Lancar?
Ya, aku juga.

...

Monday 14 January 2013


Now that I’m all alone in this world
What should I feel and think?
After we spend countless days together
And shared our feelings
We will never be truly apart
I took you for granted, and now you are gone
That’s the pain I’ve come to bear
Even if I had held onto your hand when you left me
And not let you go
I would have done it purely out of self interest
I’m such a horrible liar
When I whispered that I was doing it all for you
You had already stopped believing it
Now I run to you to make up for it
No matter how often I may fall or get lost
Wait for me, I’m coming to meet you
No matter what hardships may await me

Tuesday 1 January 2013

Jika ada yang mengatakan "Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri." maka aku akan mengangguk setuju...

Kau tahu, hidup dalam bayang-bayang perbandingan dan harapan yang besar, membuat kehidupanku dulu cukup rumit. Pilihan menjadi sesuatu yang sangat langka untuk menentukan hidupku sendiri. Segala macam nasihat dan pertimbangan yang ada pun jika kuingat kembali, semuanya seakan dipaksakan agar aku terima dengan lapang. Kesalahan bukanlah pilihan... Dan karena itulah, aku lebih membenci diriku sendiri...

Terkadang aku bertanya, mengapa kalian dapat dengan mudah terlihat melupakan kesalahan kalian? Apakah kalian memiliki kemampuan menghapus memori? Atau mungkin, aku yang primitif di antara kalian semua?

Kau tahu, kesalahan di kala pagi itu membuatku tersadar bahwa aku tidak pernah bisa memahami melalui sikap... Bahasaku adalah kata, sedangkan sikap dan emosi adalah hal yang nisbi... Pun aku tidak dapat menepati janji...


Maaf jika sunyi menyelimuti esok pagi. Karena aku melempar belati yang melukai diriku sendiri, maka aku hina dan tidak dapat menutupi luka. Selamat tinggal lipatan kesedihan dari wajah itu, lepaskan sebuah senyuman untuk ia yang tenggelam di dalam palung keputus asaan...