Thursday 15 November 2012

Amati dan dengarkan

Aduh, kalo diliat-liat, kayaknya ga ada perkembangan materi bahasan nih. Padahal, sudah cukup banyak hal yang didapatkan, namun sulit sekali untuk menceritakannya kembali.

Coba kita bahas hal baru deh

Hm, berbicara tentang kehidupan, ternyata semua hal (bahkan hal paling sepele pun) yang kita kerjakan akan sangat menggambarkan siapa diri kita sebenarnya. Ga percaya? Coba saja cek dengan keadaan lingkungan sekitar dan dengan teman-teman di sekitar kalian. Bandingkan tebakan kalian tentang sifat mereka dan juga dengan sikap mereka. Mungkin ada yang merasa berbeda? Ya, itu pun tidak saya pungkiri, pasti akan ada perbedaan juga. Penyebabnya apa? Coba, dilihat, saat kalian mengamati teman tersebut, sedang berada di lingkungan yang seperti apa? Mungkin sepintas terlihat sepele, tapi justru disinilah letak perbedaan dan pendalaman akan pemahaman kita tentang "siapa sih teman kita itu?".

Konsep dasar dari memahami sebenarnya adalah dengan mengamati terus menerus. Amati, amati dan amati terus. Lalu, bandingkan antara segmen kehidupan yang satu dengan segmen kehidupan yang lainnya. Sejatinya, sikap mengamati ini justru seringkali diabaikan oleh sebagian besar manusia. Mengapa? Mungkin atas landasan argumen tentang "sekarang zaman keras bro, gue harus hidup dulu, baru memikirkan orang lain." maka kita melupakan hal-hal penting yang terjadi antara kita dengan keluarga kita atau dengan teman kita ataupun dengan Tuhan kita.

Sama hal nya dengan mendengar. Hal dasar lainnya yang harus dimiliki manusia adalah kemampuan untuk mendengarkan. Mendengarkan dalam arti fokus, bukan hanya asal pasang kuping saja.
We have to be a good listener. Mengapa dalam bahasa Inggris pun kata "mendengar" memiliki dua kosakata, yaitu "listen" dan "hear"? Karena tadi, listen itu fokus, dan hear itu hanya asal lewat saja.


Lalu, apa sih keuntungan dari mendengarkan dan mengamati itu?

Sejatinya, antara manusia dengan binatang ada beberapa kemampuan yang sama. Jika pada hewan disebut insting, yaitu kemampuan untuk membaca situasi dan menyimpulkan dengan cepat serta kemampuan untuk menilai keadaan dan individu, maka pada manusia kemampuan itu disebut sebagai "intuisi".

Dengan sering mendengarkan dan mengamati, kita sebenarnya melatih hati kita untuk lebih peka dengan lingkungan sekitarnya. Kepekaan inilah, yang akan sangat bermanfaat bagi kita pribadi. Mengapa, karena dengan hati yang bersih dan "peka", kita akan dengan sangat mudah menilai, apakah hal yang kita lakukan ini baik atau tidak. Bahasa gaulnya itu dibilang "sensitif". Ga ada masalah untuk dibilang sensitif. Justru seharusnya kita bangga. Bangga karena kemampuan ini hanya dimiliki oleh sedikiiiiiit sekali manusia yang hidup di Bumi.

Intuisi akan sangat membantu kita dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan hingga memilih teman pun dapat dengan mudah dilakukan jika kita memiliki kemampuan intuisi yang sangat baik.


Jadi kawan-kawan sekalian, mari kita coba bersama-sama untuk melatih kepekaan kita terhadap lingkungan dan terhadap masyarakat di sekitar kita. Karena kita, generasi muda ini adalah calon pemimpin masa depan. Dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki kemampuan intuisi yang baik pula. Apa jadinya kalau pemimpin lambat dalam mengambil keputusan? Hayoo, bagaimana coba?? Maka sekali lagi, mari kita asah kemampuan intuisi kita agar kita lebih berdaya guna di masyarakat sekitar kita.