Wednesday 31 August 2011

Aku berjalan dengan langkah lelah menuju kamarku...
Aku hamparkan tasku dan kurebahkan tubuhku di peraduanku...
Sejenak aku memandangi langit-langit ruangan itu...
Kuhela nafasku dan kupejamkan mataku..mengenang apa-apa yang telah berlalu...

Beberapa kali aku tertawa mengingat kejadian-kejadian yang telah lalu...
Namun kali ini berbeda...
Sebuah kejadian dimana aku tidak akan pernah bisa menghapusnya dari memoriku...
Semua tentang kamu...

Seperti anak kecil yang melihat sesuatu yang nampak sama seperti yang biasa ia lihat...
Tidak ada sesuatu yang menarik kala itu di mataku...
Bagiku kau layaknya bunga yang biasa bermekaran di kebun hatiku...
Dan aku terbiasa tuk melihatnya hingga tak ada yang membuatku terkesan...

Waktu berjalan hingga ia mengatakan sesuatu kepadaku...
Salah satu bunga itu telah merubah dirinya dan menutupi dirinya...
Aku tak terlalu menanggapinya dan kuanggap itu hanyalah angin lalu...
Hingga kusadari bahwa kau lah yang dimaksud...

Kau tahu? Aku tidak pernah merasakan sesuatu seperti ini sebelumnya...
Seperti sesuatu yang terpendam memaksakan dirinya untuk keluar...
Aku pun tidak terlalu bisa menggambarkan keadaanku saat itu...
Yang kutahu, setiap aku mengingat namamu, aku hanya ingin melakukan sesuatu untukmu...

Waktu pun terus berjalan...
Entah mengapa aku berusaha tuk mengingkarinya...
Namun lihatlah, ia terus tumbuh tanpa perlu kusiram dan kujaga...
Ia tumbuh dan tumbuh hingga akhirnya mekarlah sudah menjadi Wijayakusuma...

Dirimu...
Tanpa kusadari, banyak perubahan dalam diriku selama aku mengenalmu...
Dan semakin banyak lagi ketika kusadari bahwa aku mencintaimu...
Hingga akhirnya, aku tuliskan semuanya dalam kata-kata...

Aku tuliskan ini semua hanya untukku...
Aku tuliskan agar aku merasa telah menyampaikan seluruh isi hatiku padamu...
Namun kata adalah terbatas...
Tanpa ekspresi...tanpa emosi...

Aku selalu terpana melihat kecantikan Bulan purnama...
Ia putih dan bersih...
Dan selalu membawa ketenangan tiap kali aku melihatnya...
Hingga aku mengibaratkan dirimu layaknya Bulan purnama di langit malam...

Dan aku teringat akan sebuah dongeng dikala aku masi kecil dulu...
Sebuah dongen tentang Matahari dan Rembulan yang sangat ingin untuk bisa bersama...
Namun keadaan membuat mereka terpisah satu sama lainnya...
Dan aku pun mengibaratkan diriku seperti Matahari...

Hari-hari terus berlalu...
Dan aku menyimpan syairku dalam kertas hingga kutuangkan ia di tempat ini...
Bulan demi bulan pun berlalu...
Dan aku semakin yakin bahwa sepertinya hanya aku yang memiliki perasaan ini..kau tidak...

Hingga suatu hari, seseorang menegurku...
Ya, dia adalah teman dekatmu...
Ia menegurku atas syairku...
Dan kupikir ini adalah waktunya bagiku untuk berhenti...

Dan kusimpan sudah semua yang telah kutulis untukmu...
Kutaruh dalam sebuah kotak kecil usang di lemari kecilku...
Sempat ku berfikir untuk menghanguskan semuanya...
Ya...pilihan yang seharusnya kuambil dari sejak awal aku tahu...

Banyak yang kulalui semenjak hari itu berakhir...
Entahlah...
Berusaha untuk kulupakan namun tak ada yang bisa kulakukan...
Antara iya dan tidak...

Hingga ternyata kita semakin dekat...
Dan tiba saatnya kita berpisah dengan seluruh teman seperjuangan...
Beberapa hari sebelum itu, kuberikan engkau sebuah surat...
Kusembunyikan dan kuharap kau membukanya tepat waktu...

Namun kau membuka sebelum waktunya...
Dan kita kembali lagi dalam masa yang sama...
Aku benar-benar merasa ingin menghapus semua sisa kenangan...
Semuanya sekalipun itu harus melepaskan tanganku ataupun menghancurkan kakiku...

Namun pada suatu hari, kau memberikanku sesuatu...
Sebuah buku...
Sebuah buku dengan corak yang kucintai amat sangat...
Dan juga secarik kertas yang terselip di halaman depan...

Aku tidak tahu haruskah aku senang ataukah sedih...
Aku bukanlah seseorang yang terlalu yakin dengan diriku sendiri...
Dan kucoba tuk memberanikan diri...
Perlahan, kubuka kertas itu dan kubaca...

Seperti seorang tentara yang terkepung oleh musuh dari segala arah...dan ditikam...
Itu yang kurasakan ketika aku membaca surat darimu...
Sederhana...
Hanya sebuah syair...

Kucoba tuk mengingat kembali apa yang sedang kubaca...
Aku seperti mengenalinya...
Kuputar ulang ingatanku...
Ah! Awalannya merupakan syair yang dahulu kurangkai...

Aku hanya bisa terdiam dan mematung...
Aku tak kuasa tuk melanjutkannya...
Seperti merobek kembali luka yang hampir sembuh...
Aku benar-benar tak berdaya dibuatnya...

Kau mengiyakan perumpamaan yang aku buat dahulu...
Dan kau melanjutkannya dengan bahasamu sendiri...
Lalu apalagi yang dapat kupikirkan selain sebuah tanda?
Bahwa kau pun memiliki hal yang sama seperti aku kepadamu...

Namun waktu terus berlalu...
Semakin aku berusaha mengenalmu dan mencintaimu...
Semakin aku merasa tidak pantas di hadapanmu...
Kau lebih baik tidak pernah bertemu denganku...

Aku bangkit dari peraduanku dan kubersihkan diriku...
Aku bersimpuh di hadapan-Nya...
Dan kukatakan semua yang ingin kukatakan...
Harapanku...dan kesedihanku...

Aku selalu berdo'a "Seandainya ia yang terbaik bagi hamba, dekatkanlah... Namun jika tidak, maka jauhkanlah hamba Ya Rabb..."
Namun aku hanya mendapatkan abu-abu...
Dan juga tetes air mata yang sia-sia...

Maka kini,izinkanlah aku mengikis namamu dari taman hatiku...
Untuk membebaskan hatiku dan juga hatimu...
Bukankah aku ini hanyalah bayangan bagimu?
Tidak ada...