Friday 19 October 2012

Maaf...
Terkadang ada saja beberapa kata yang sebenarnya harmonis, namun pada saat-saat tertentu ketika mereka dirangkai satu membuat lidahku kelu...
Seperti anomali air, yang membuatnya mengapung di atas yang lainnya...

Anggap saja aku melalaikan amanah ku...
Walaupun memang kenyataannya seperti itu...
Kenyataan yang entah kenapa tidak mau kau akui...

Hibur aku dengan kejujuran...
Bukan dengan kata-kata yang ingin dan sebaiknya aku dengar...
Karena kejujuran itu yang mengunci aku di seberang jalan...

Aku butuh amarah dari mu...
Sebuah ketegasan yang mengatakan bahwa inilah keadaannya dan marilah kita berhenti sejenak...
Bukan sebuah senyuman yang mengatakan mari kita terus melangkah...

Aku hanya ingin berhenti sejenak...
Ingin ku ketahui apa yang terjadi...
Namun lagi-lagi kau tersenyum dan membuatnya menjadi abu-abu...

Kita memasuki ini secara bersama-sama bukan?
Kau dan aku?
Aku hanya ingin memastikan ingatanku dan ingatanmu...

Ya, seingatku dulu kita melangkah bersama memasuki amanah ini...
Hingga akhirnya beberapa hal terjadi dan kau mulai sedikit menjauhkan langkahmu dariku
Kau mulai menjauh dan sayangnya, kita tak lagi saling memahami...

Aku membiarkanmu melangkah disana, karena kau selalu berkata bahwa tidak akan ada masalah yang berarti...
Namun tengoklah kenyataannya...
Tolong pahami...

Aku melihat dunia yang sedang kita jalani ini sebagai sesuatu yang sakit...
Tak bisakah kau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?
Aku ingin memperbaiki itu dan kau memahaminya sedangkan mereka tidak!

Aku melakukan ini demi mereka namun apa yang terjadi?
Keparat intelektual itu mulau meracau tentang kekuasaan dan wanita...
Dan wanita yang dimaksud itu adalah kau!

Pemimpin macam apa yang bisa bisanya tidak peduli dengan keadaan seperti itu?
Lantas sekarang siapa yang menjadi prioritas?
Karena aku memilihmu...

Tapi coba lihat...
Apa yang kudapatkan?
Sementara aku berusaha melindungimu, kau justru membiarkan dirimu terbuka kepada bajingan intelektual bermuka dua itu!

Lantas, wajarkah bila akhirnya aku merasa lelah?
Wajarkah bila akhirnya kini, aku ingin berhenti selamanya?
Aku lelah...pahamilah bahwa aku pun memiliki kereta yang harus ku kejar...

Dunia mungkin akan berubah beberapa tahun lagi...
Jika kau sadari ini dan paham...
Aku akan menunggumu...
Disini, di tempat kita datang dan terpilih pada hari yang sama milik kita berdua...


Jadi ini rasanya menjadi lilin?
Berusaha menerangi sekitarnya, namun habis sudah dirinya terbakar.
Jadi ini rasanya menjadi lampu?
Berusaha memberikan cahaya lebih, namun habis diri ini terpanggang