Friday 20 April 2012

Apa yang kupilih, semuanya sudah kupertimbangkan matang-matang sehingga, akan kuanggap sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan begitu, jalan yang kuciptakan di dalam ingatan dan dalam sebuah perencanaan yang matang akan menjadi sebuah jalan yang takkan terbantahkan. Seperti mempersiapkan bahan debat, kubuat serapih mungkin agar tidak ada yang dapat menjatuhkan tujuanku...

Namun, semuanya kini telah berubah...
Bukan tentang bebatuan dan hal lainnya. Namun ini tentang tanggung jawab moral sebagai seorang pemimpin bagi kaumku. Telah kurelakan tujuanku untuk mengambil tempat yang satu dibanding yang satu. Jika kuperturutkan egoku, akan kuambil pilihan awalku di tempat yang menjadi impian. Namun TIDAK! Aku tidak memilihnya... Aku memilih yang satu untuk menjaga harga diri kaumku...

Dan kini, semua telah berubah..
Tugas ku telah dikerdilkan. Kalian tidak akan tahu apa saja pertimbanganku. Hingga akhirnya, kukatakan kepada pendamping setiaku bahwa aku akan mempercepat kepergianku dari tempatmu karena aku telah tidak ada lagi tanggung jawab terhadap kalian. Tugasku telah digantikan oleh orang lain di tempat yang sama. Walau mungkin, mereka tidak memahami apa yang harus mereka lakukan seandainya menjadi aku.

Sosok aku terlalu kuat. Katakan bahwa seandainya aku benar-benar pergi, apakah aku bisa menjadi seseorang tanpa perasaan? Meninggalkan mereka, wajah-wajah yang pernah tersenyum ikhlas kepadaku...

Awalnya aku telah meneguhkan tujuanku untuk meninggalkan mereka, kaum yang telah berjuang bersamaku dari awal. Sekalipun jujur, duka yang didapatkan jauh lebih besar daripada suka yang ku terima, tetapi aku bahagia ketika aku terluka ketika memperjuangkan hak kalian... Itu adalah saat-saat yang paling membahagiakanku... Bahkan jauh lebih membahagiakan daripada ketika aku mendengarkan suara wanita yang kucintai disana.

Namun, pembicaraanku dengan salah seorang wanita teman dekatku telah mengubah pendirianku... Ia membuatku memikirkan kembali tujuan utamaku untuk pergi meninggalkan kalian... "Sebegitu teganya kah engkau meninggalkan mereka hanya demi kenyamanan yang semu?".

Kini, dilema menyelimutiku...
Pendamping setiaku belum memberikan tanggapan apapun atas pernyataanku untuk pergi dari sini... Dan itu membuatku cukup kesal, karena dia memang telah mengerti kelemahan utamaku...

Akan kupikirkan kembali tentang keputusanku..