Tuesday 12 November 2013

Aku menemukan sebatang besi yang berdebu di pingir jalan.
Kuhentikan langkahku dan kutatap batang besi di tepi jalan berbatu ini.
Milik siapa kah batang besi berdebu ini?
Aku menoleh ke sekitarku untuk melihat, apakah ada yang memiliki batang besi berdebu ini.

Selama satu hari, aku menanti di tempat itu.
Tidak ada yang datang untuk mengambil batang besi ini.
Aku ambil ia dari atas tanah dan kumasukkan ke dalam tas kulit yang menggantung di punggungku ini.
"Baiklah, akan kurawat engkau sesampainya di rumahku nanti."

Beberapa hari perjalanan telah berlalu dan kakiku pun telah rindu dengan derit lantai rumahku.
Kusapa rerumputan teras rumahku dan kuperkenalkan mereka dengan bawaanku yang kutemukan di perjalanan.
Kusapa burung-burung yang hinggap di pepohonan dan kuperkenalkan dengan besi itu.

"Sebuah hari yang indah, akan kupercantik dirimu setelah aku beristirahat".

Keesokan harinya, kusiapkan air dari mata air Kesucian dalam sebuah bak Pengampunan.
Kuambil batang besi itu dan kubasuh perlahan.
Kuusap perlahan agar debu-debu Kehidupan yang telah menempel padanya dapat meluruh bersama dengan do'anya.
Dan kupanjatkan lantunan do'aku untuk menyertai do'anya...

Setelah ia terlihat lebih baik dari pertama kita bertemu, aku persiapkan lagi sebuah pemanas.
"Kali ini, akan sedikit sakit, namun akan kujadikan engkau sebuah pedang yang indah. Dan akan ku ukir do'aku nanti untuk mempercantik keberadaanmu."
Dan Tungku Ujian Kehidupan pun kunyalakan, kulihat apinya sangat merah membara.
"Akan kutinggal kau untuk sementara di tempat ini hingga engkau cukup lembut untuk ku bentuk menjadi sesuatu yang baru."

Dan aku pun menyiapkan Altar Penempaan untuknya.
Mempersiapkan Palu Hikmah di dekat altar dan ku siapkan pula Air dari Lembah Kebijaksanaan untuk membasuhnya.

Tak lama kemudian, kuangkat besi yang sedang merah membara itu dan kuletakkan ia di atas Altar Penempaan baginya.
Kubentuk ia menjadi bentuk pedang yang kuinginkan.
Bentuk pedang terindah yang ada dalam bayanganku.
Dan kali ini, akan kutuangkan bayangan itu ke dalam dirimu.

Beberapa kali engkau melawan dan melukai tanganku, melalui percikan api dari benturan palu dengan dirimu.
Namun aku tersenyum, karna aku merasa hasilnya akan indah.

Hingga akhirnya, terbentuk sudah dirimu yang baru.
Masih merah menyala, namun lebih indah dari sebelumnya.
Dan kubiarkan dirimu berendam di dalam Air dari Lembah Kebijaksanaan.

Dan akhirnya, aku melihat bayangan itu menjadi nyata di dalam dirimu.
Kuangkat engkau dan kupandang lekat, "Betapa bahagianya aku hari ini!"

Akhirnya, kusambungkan dirimu dengan kerendahan hati dari sebuah gagang pedang yang indah.
Dan kupasangkan engkau dengan sebuah hijab indah yang terbuat dari untaian do'a.
Dan ku ukir dirimu dengan harapan.

Kupasang dirimu selalu di sampingku dan kubawa pergi berkelana kemanapun aku pergi.
Hingga akhirnya, hari itu tiba.
Aku harus menguji dirimu dalam sebuah kejadian.
Dan ternyata, yang bisa engkau lakukan hanyalah melukai diriku.

Engkau seperti pedang bermata terbalik.
Tidak berbahaya bagi yang lain, namun berbahaya bagi yang memilikimu...