Sunday 22 July 2012

Apa lagi yang dapat kita perbuat?
Ketika langit pun hanya termenung kelam menatap kita

Apa lagi yang dapat kita perbuat?
Bahkan ombak pun enggan membasuh jiwa kita

Apa lagi yang dapat kita perbuat?
Ketika bulan pun pergi bersembunyi dibalik peraduannya

Setidaknya masih ada mentari pagi yang menyambutku
Ya, dia berdiri tegak di hadapanku

Menyinari jalanku dan menguatkanku
Hingga membuat semua yang memalingkan wajahnya dariku berbalik menantiku

Jangan kau biarkan dunia memakan jiwa mu
Api yang kau simpan, jauh lebih kuat dari apapun

Saturday 21 July 2012

Apa yang salah?

Apa yang salah?
Kita diam
Dan telah kita biarkan angin menerbangkan segalanya

Apa yang salah?
Kita tak bicara
Dan telah kita biarkan waktu melepasnya

Apa yang salah?
Kita tak sapa
Dan telah kita biarkan suara bersembunyi di balik relung kesunyian

Apa yang salah?
Kini, air perak yang kau simpan rapat dalam cawan kerahasiaan telah kau berikan sebagian
Mengapa tidak kepadaku?

Apa yang kau inginkan?
Tak bisakah kau tuliskan dalam kata?
Walaupun sebenarnya aku berharap suaramu yang menyampaikannya...

Friday 20 July 2012

Peran mahasiswa sebagai agen perubahan

Ngebahas sedikit aja biar nanti bisa dikembangkan lagi bagi yang punya pendapat lain.

Terkait judul diatas, sebenarnya itu tugas adik kelas -___- hahaha, tapi gapapa lah, mayan buat nulis-nulis lagi, hehe

Terkait dengan peran mahasiswa sebagai agen perubahan, jika membandingkannya dengan keadaan saat ini sebenarnya akan ada perbedaan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan para leluhur aktifis mahasiswa masa lalu.

Sebagai contoh :

Kenapa dulu mahasiswa disebut sebagai penyambung lidah rakyat?
Ya karena mahasiswanya sendiri sudah merakyat dengan keadaan yang kemana-mana naik angkutan umum dan mereka terbiasa untuk peka, terbiasa untuk mendengar keluhan dan canda tawa serta curhatan masyarakat hanya dengan menguping saja selama perjalanan mereka.

Tapi bagaimana dengan sekarang?

Ketika perjalanan menuju Vila Widuri untuk PKMF 2 beberapa waktu yang lalu, saya ditugaskan untuk mewawancarai masyarakat sekitar selama perjalanan untuk dimintai pendapat tentang peran seorang mahasiswa.

Well, hasilnya adalah, beliau (bapak-bapak yang saya wawancarai di stasiun manggarai) mengatakan bahwa amat disayangkan karena mahasiswa saat ini cuma sibuk ngurusin politik saja dan sudah jarang terdengar membela rakyat. Mahasiswa cuma mau ngurusin masalah yang besar-besar saja seakan-akan mereka mau nyari popularitas saja dengan kelakuannya yang seperti saat ini. Padahal kita ini mas sebagai rakyat kecil yang memang kurang paham dengan kondisi sekarang, sangat membutuhkan mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi kami mas. Bukan cuma masalah-masalah besar saja, tapi yang ada di sekitar kita tolong ya diperhatikan dan dibela juga.

Suer, itu rekamannya masih gue simpen di hape sampai sekarang.


Back to the topic.

Sebagai seorang mahasiswa, perannya untuk melakukan perubahan sebnarnya amat sangat besar dengan daya ledak yang "DUAR" sekali! Tapi lihat mereka sekarang! Orientasinya bekerja dan bekerja! Well, emang ga salah sih... Tapi lihat apa jadinya mereka sekarang? Menurut hemat saya, mahasiswa saat ini sudah melempem ibarat kata kue udah gembos, udah ga bisa dibalikin lagi kecuali sebab-sebab tertentu yang benar-benar urgent kayak perang misalnya.

Nantinya, pasti akan sering terngiang-ngiang teori tentang mahasiswa yang berfungsi sebagai iron stock dan lain sebagainya.

BUT THAT'S ALL JUST A THEORY


Udah ya, dikembangin lagi sendiri saja, oke? Jangan ditelan mentah-mentah, nanti mual, hehehe

Friday 13 July 2012


Satu tahun telah berlalu...
Dibalik sajak malam yang pernah kutuliskan
Kini tak ada lagi kata yang dapat tertuang di dalam baris syair

Seorang penyair yang kehabisan kata-kata...
Mungkin itu adalah ekspresi yang tepat untuk menggambarkan keadaanku...
Ia hidup, namun hatinya mati...

Satu tahun telah berlalu...
Pasangan hati dalam setiap kata yang tercipta
Kini hilang di telan waktu...


Kini aku adalah seorang pengembara di balik keramaian tumbuhan
Di dalam perjalanannya yang dahulu hanya seorang diri
Kukatakan pada telaga di tengah kuil Dewa
Berikan aku seorang teman karena aku telah kehilangan segalanya...

Keheningan melanda di seluruh ruangan di dalam kuil tersebut...
Tidak ada perubahan...
Pun tidak ada suara di antaranya..
Bodoh... Aku memiliki Tuhan, tetapi lebih memilih Dewa...

Aku mencari rumah Tuhan di tengah rapatnya hutan tropis...
Kutemukan ia indah menjulang dengan menaranya yang berkilau...
Selaksa oase di tengah gurun...
Ku basuh wajahku dengan air suci...

Dan kulakukan prosesi ritual tersebut...
Kukatakan hal yang sama kepada Tuhan seperti di kala itu...
Masih hening...
Hingga akhirnya, kuselesaikan ibadahku dan pergi keluar...

Kubuka pintu, lalu ku menoleh ke arah mimbar dan kukatakan "Terima kasih telah mendengarkanku, Tuhan..."
Kupalingkan wajahku menatap ke arah padang rumput
Dan wajah itu!
Seakan aku pernah bertemu dengannya di lain kehidupan...

Seorang wanita dengan wajah menawan...
Hidungnya yang indah
Bibirnya yang merah merona
Dan jarinya yang lentik...
Ia tertutup oleh jubah kemuliaan...
Tingginya sama seperti aku...
Dengan suaranya yang lembut menggoda
Seakan-akan telah lama menjadi bagian dari suaraku...

"Oh, hai..." sapa nya kaku...
Hening...
"Um, maaf, kau siapa?" Kukatakan hal itu dengan terbata-bata...
"Aku hanya sedang ingin berjalan-jalan saja sebelum akhirnya ingin beristirahat di dalam tempat kamu muncul di hadapanku..." Jawabnya halus...
"Oh ya? Oh, baiklah... Aku pun sudah selesai disini, selamat beristirahat."
"Tunggu dulu, kamu tampak lelah... Aku membawa sedikit bekal jika kau mau..."
Dan dia pun segera mengeluarkan bekalnya sebelum aku sempat menjawab...
"Makanlah ini." Ungkapnya seraya menyodorkan sepotong roti kepadaku...
"Aku sengaja membuatnya hari ini untuk kuberikan kepada seseorang yang mungkin penting bagiku. Sudah cukup lama aku melakukan ini namun mungkin aku belum menemukannya.. Makanlah." Ungkapnya riang..
"Oh ya? Um, baiklah.. Terima kasih banyak atas kebaikanmu." Balasku pelan..

Seusai makan, ia berkata
"Ia adalah sepuluh yang terbentuk dari dua angka. Jum'at adalah waktu kau menghadap Tuhan dan berkata bahwa kau tak sanggup untuk menemui dunia."
Aku terdiam... Dan aku coba melanjutkan kata-kata itu...
"Setelah sebelas kali kau mencoba untuk menolak ketetapan itu, akhirnya hatimu luluh. Sepuluh yang terbentuk dari dua angka kembali hadir di pangkuanmu. Dan pada hari ke sembilan puluh tiga, kau memasuki tubuh fana ini."

Ia tersenyum...
Aku bertanya-tanya di dalam hati...
"apakah aku salah?"

Ia menarik nafas perlahan dan berkata...
"Mulai saat ini, aku akan menjadi saudaramu..."
Dan senyumannya saat itu benar-benar membuatku tersipu malu...



Hari telah berganti dalam iringan kidung do'a hewan nokturnal...
Kata dengan kata yang dibalas dengan cinta di setiap tatapan
Telah mentautkan dua hati yang saling berdegup dalam setiap getarannya

Hingga akhirnya, aku dan kamu tak ada lagi yang menghalangi
Ketika tujuh cawan emas telah dihidangkan di hadapan kita berdua
Apakah kamu memikirkan hal yang sama?

Hingga kukatakan dalam hati, "Aku mencintaimu..."
Ia hanya terdiam dengan terus menatapku...
Tidak ada keberanian...

Dan dalam diam kuucapkan kata cinta
Untuk segala kerinduan yang selama ini hadir di setiap kekosongan waktu
Untuk segala kekhawatiran yang timbul di setiap kebimbangan waktu
Untuk segala rasa sayang yang tumbuh di setiap perkataan antara kita...

Ya, kukatakan sekali lagi bahwa aku mencintaimu tanpa terkecuali...
Bukan hanya dari diriku...
Namun juga dari dirimu dan ekspresi langit hatimu yang menunjukkannya padaku...
Mari kita tuangkan cinta ini ke dalam mangkuk keabadian dan izinkan aku menuangkannya ke dalam gelas kesetiaanmu...
Izinkan aku ada di setiap harimu, untuk senyummu dan marahmu...
izinkan aku, Kekasihku, Rahasia bagi duniaku...

review tentang UN

Waktu itu di giringaji pernah dibahas tentang penting / perlu ga sih UN itu diadakan?

Kalau dari segi hasil ujung diskusinya, kebanyakan sih ndak sependapat dengan keberadaan UN. Selain karena dinilai masih cacat dalam segi pelaksanaan teknisnya, juga karena ketidakadilan yang terjadi antara pemerintah dengan para tenaga pengajar dalam menentukan kriteria kemampuan anak didikannya.

Menilai dari sudut pandang saya sebagai calon guru, saya menilai UN itu sebagai suatu hal yang sangat tidak baik.
Karena disini, syarat dan standar ketentuan serta kriteria kelulusan itu ditentukan oleh pihak yang di atas sana. Sedangkan mereka tidak pernah terjun langsung ke lapangan untuk mengecek secara langsung tentang hal yang terjadi di bawah.

Dengan keadaan yang memaksa (harus lulus dengan kriteria sekian) serta tanpa adanya penjelasan tentang materi-materi / bagian-bagian mana saja dari semua sistem pelajaran itu yang diambil sebagai bahan UN, hal ini akan sangat memberatkan di siswanya karena mau tidak mau, mereka harus mempelajari seluruh materi ajar selama 3 tahun mereka berada di bangku sekolah baik SD, SMP maupun SMA agar berhasil mencapai titik kelulusan yang memuaskan.

Nah, masalah lainnya muncul dari hal ini, terkadang masyarakat men-generalisasikan keadaan peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Seandainya ada peserta didik yang berhasil mendapatkan nilai yang sangat baik di UN, maka masyarakat akan mengandaikannya kepada anak mereka dengan berkata "Masa si A aja bisa kamu kok ndak bisa? Kan sama-sama makan nasi dll...".

Perlu untuk diketahui bahwa tipe dan gaya belajar tiap anak itu berbeda-beda. Tidak bisa semuanya dipaksakan untuk pintar hanya dari segi akademik saja seperti yang terjadi dari kegiatan UN tersebut.

Bahwa semua anak membawa bakat yang berbeda-beda, bisa saja dari segi akademisnya yang baik, atau mungkin dari segi artistik atau mungkin dari segi olah tubuh nya yang baik. Jarang sekali ada manusia yang bisa memaksimalkan semua potensi yang ada tersebut. Sudah menjadi fitrah dari manusia untuk menonjol di satu bidang yang paling dia gemari dan memang dia berbakat pula disitu dan hanya mengembangkan sedikit untuk hal yang tidak terlalu bisa dia atasi.

Dan balik lagi ke UN, jika melihat dari standar yang memang masih belum terlalu tinggi, tapi jika dibandingkan dengan keadaan fasilitas dan sarana prasarana pendidikan Indonesia yang masih minim, tentu saja hal itu pun akan membuat guru, murid dan orangtuanya akan kalang kabut untuk mencapai tujuan tersebut. Dan akhirnya, cara-cara untuk memenuhi kriteria kelulusan pun ditempuh dengan cara yang tidak halal.


Bagaimanapun jua, keberadaan UN ini masih cacat teknis dan juga masih butuh perehabilitasian sistem pengadaannya. Dan juga harus didukung dengan aparat pelaksana yang disiplin serta taat pada petunjuk pelaksanaan.

Wednesday 4 July 2012

Langit malam kembali menyapu bersih pandangannya di atas permukan Bumi...
Cahaya bulan purnama mempercantik wajah malam kala itu...
Disertai dengan kidung do'a dari para makhluk di dalam selimut kegelapan...
Bumi bersenandung dan bermesraan dengan bintang dan aurora...

Malam kala itu sejuk seperti biasanya...
Lembut dan memanjakan siapapun yang berada di luar hangatnya gua kehidupan...

Terangnya sinar rembulan menunjukkan sesuatu kepada bidadari bermata jeli yang sedang bernyanyi riang...
Sesosok manusia dengan duduk memeluk kedua kakinya dan menundukkan kepalanya...
Sejenak, bidadari itu memperhatikan manusia yang duduk dengan memeluk kedua kakinya...
Ia adalah seorang laki-laki muda, tampak dari kulit tangannya yang belum memiliki lipatan...

Bidadari itu menyapa "Wahai anak Adam... Apa yang kau lakukan saat ini? Mengapa kau menundukkan kepalamu di tengah riangnya malam dengan kidung do'a dari para manusia yang memahami hakikat Tuhan? Apakah kau bersedih? Apakah kau menangis?"...

Lelaki muda itu terkejut mendengar suara lembut yang tiba-tiba saja menghampiri dunianya yang sunyi...
Selama beberapa saat keheningan memeluk mereka berdua hingga akhirnya lelaki itu mengangkat kepalanya untuk menatap mata dia yang memasuki dunianya yang sunyi...
Matanya coklat terang, tidaklah biru ataupun hitam...
Seluruh tubuhnya tertutupi hijab yang semakin membuat bidadari itu nampak cantik jelita...

Sesaat ia terdiam...
Hingga akhirnya, lelaki itu membuang pandangannya ke tanah...
"A...aku hanya sedang ingin sendiri saja.... A...aku tidak sedang bersedih, hanya saja aku sedang mencoba memahami arti dari keberadaanku saat ini... Aku tidak menangis... Hanya saja air mata ini sudah melebih batas daya tampung dari mataku saja." ujarnya dengan wajah tersenyum di kalimat terakhir...

Bidadari itu tersenyum manis sekali...
"Baiklah kalau begitu, bolehkah aku duduk di sampingmu? Sepertinya menyendiri itu menyenangkan ya? Bolehkah aku mencobanya bersamamu?" tanya bidadari itu dengan nada lembut...

Lelaki itu tak menjawabnya langsung...
Ia terkejut dengan pertanyaan tersebut, hingga akhirnya ia berkata
"Baiklah, silahkan duduk di sampingku. Janganlah terlalu jauh dan juga janganlah terlalu dekat denganku agar sejuknya malam ini dapat lebih berwarna dengan kehangatan di antara kita.."

"Baiklah!" Serunya riang...

Dan malam itu pun kembali berjalan dengan kesunyian di antara keduanya yang bersama merebahkan tubuh mereka ke dalam pelukan Bumi sembari menatap sandiwara langit...

Tak lama kemudian, bidadari itu akhirnya mengeluarkan suaranya kembali...
"Bolehkah aku bertanya kepadamu, hai anak Adam?"

"Ya, silahkan."

"Mengapa engkau memilih berada di dalam kesendirian? Bukankah manusia jumlahnya amat banyak hingga para binatang banyak yang mengeluh tentang keberadaan kalian yang terlalu memadati Bumi?"

"Untuk kau ketahui, sesungguhnya aku dahulu adalah orang yang tidak menyukai kesendirian. Aku pernah menjadi pemimpin bagi beberapa kaum. Dan di setiap kaum tersebut, hatiku akan tertaut dengan salah seorang gadis di dalamnya. Namun mau bagaimanapun, aku sendiri bukanlah lelaki yang terlalu mudah jatuh cinta. Butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk dapat mempercayakan hati ini kepada seorang gadis tersebut. Hingga pada suatu hari, aku memberanikan diriku untuk mengungkapkannya kepada salah seorang gadis di sebuah kaum. Tepatnya dua setengah tahun yang lalu itu terjadi... Dan belum lama ini, kami sudah tidak berkomunikasi lagi. Nampaknya kesalahan ada pada diriku. Aku terlalu banyak meminta dan mengoreksi dirinya. Tapi mau bagaimana lagi? Jika tidak kukatakan yang sesungguhnya, apakah aku tega melihat dia tidak dapat memperbaiki dirinya? Namun sepertinya semua sudah terlambat. Disinilah aku berhenti melangkah untuk mendekatinya kembali. Telah habis seluruh tenaga dan perbekalanku hingga darah dan nanah kehidupan pun telah ku reguk untuk menjadikannya langkah kaki untuk mendekatinya. Tulang belulang dari kerasnya zaman pun telah ku makan demi menemuinya dan menyampaikan sebuah kata. Namun ini sia-sia..."

"Lalu, bagaimana keadaan gadis itu saat ini? Apakah kau mengetahuinya?"

Dan lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan...

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang?"

"Entahlah, aku tidak tahu. Aku sangat tidak bersemangat untuk mengerjakan sesuatu saat ini..."

Bidadari itu berdiri dan ia mengulurkan tangan putihnya yang halus...
"Baiklah kalau begitu, mari, ikutlah denganku. Aku tidak ingin melihatmu disini sendirian dan tidak ada tujuan yang jelas. Aku ingin berjalan bersamamu. Aku ingin berbagi denganmu, karena matamu tidak berbohong ketika kau mengatakan semua itu. Kau terlalu menunjukkan dirimu seutuhnya, dan sebenarnya itu sangatlah baik daripada kau menggunakan tujuh topeng kehidupan. Ayo, sambutlah tanganku..." ujarnya sembari tersenyum dan kali ini, senyumnya begitu manis...


Dan begitulah malam itu berlalu...
Angin mengabarkan berita itu ke seantero dunia...
Tentang seorang pemuda yang pergi bersama seorang bidadari surga...
Tubuhnya tersenyum, sementara ruhnya bahagia disana...