Monday 1 April 2013

Apakah ini mimpi? -.-
Kau datang dan sama seperti dulu..
Masih kah kau menyimpannya?
Memiliki hal yang pernah kutinggalkan
Perasaan? -.-
Yang benar saja, jangan bercanda ._.
Sama saja denganku..
Dengan siapa?
Aku?

Maaf ya..
Kan sudah kubilang berkali-kali...
Aku tidak bercanda, serius -.-

Aku memang serius, siapa pula yang bercanda -.-
Hanya saja, memang terdengar bercanda -.-
Selalu saja seperti itu..
Merasa ga?
Ya? Apa?
Bersalah ._.

Karena apa bodoh? -.-
Selama ini aku selalu mengacau ._.
Ini pasti terlihat aneh kan?
Aku berbicara apa adanya seperti ini..
Merasa aneh ya?
Kau tidak apa-apa? Atau malah tidak mendengarkan ya? -.-
Terlalu.. -.-
Jauh sekali pikiranmu nak! -.-

Tapi, bukankah itu kenyataannya?
Aku dan dirimu itu seperti berada di dua tempat yang bertolak belakang..
Benar-benar tidak dapat dipercaya...
Mencintaimu? Ah tidaak, aku mengatakannya -.-


Di penghujung malam pada Bulan April di tahun perubahan. Seorang gadis tanggung hampir kepala dua dengan alis yang tebal dan mata yang indah hanya bisa duduk dan termenung di bawah bayang-bayang sinar rembulan. Iya melayangkan jarinya ke langit malam yang gelap, hampir tiada bintang yang terlihat. Pun Bulan seakan bersembunyi untuk tidak ditemukan olehnya.

Sepertinya aku belum pernah melihat dia sebelumnya. Dan dari jauh, aku putuskan untuk menunggu dan memperhatikannya. Entahlah, seperti ada magnet besar di dalam dirinya hingga akhirnya aku duduk di dekat sebuah pohon dan mulai mengeluarkan kanvasku.

Sesekali, aku melihat gerak-gerik gadis tersebut, dan selanjutnya aku meneruskan lukisanku. Hingga akhirnya, perlahan, terlihat raut wajahnya yang berubah menahan kesedihan dan kegelisahan jiwanya..

Dengan tenang ia berkata

"Wahai malam yang agung dengan jubah kegelapanmu yang bermandikan cahaya bulan dan bintang, apakah benar bahwa engkau mengajarkan kepada anak manusia tentang arti kesendirian? Ataukah justru engkau mengajarkan tentang arti menghargai dan melengkapi?

Wahai untaian cahaya yang datang dari tempat tak bertuan, apakah benar bahwa engkau mengajarkan kepada anak menusia tentang sebuah perpecahan? Ataukah justru engkau mengajarkan tentang arti dari kebersamaan walau terpaut jarak yang nisbi?"

Kata-kata yang indah, namun sayang ia tenggelam di dalam kesunyian malam...


Akhirnya, aku pun menyelesaikan lukisanku. Entah bagaimana, langit di dalam goresan kali ini terlihat lebih sendu daripada yang sebenarnya terjadi. Seakan melukiskan pertanyaan yang menjadi tanda tanya besar gadis tersebut.

Akhirnya aku pun merapihkan kembali peralatanku dan bersiap untuk kembali menuju tempat peristirahatnku. Tepat disaat aku berdiri, rembulan bersinar sangat terang dan kulihat gadis tersebut, berdiri dari tempat dimana ia duduk dan kulihat mata yang tegar dengan sedikit sisa air mata dan rambut panjang yang tersibak perlahan dengan angin malam yang dingin menusuk tulang. Sedikit senyuman tersirat di bibirnya dan kupikir, ia telah berhasil menemukan jawabannya.

Aku pun melangkah pulang berlawanan arah dengan gadis tersebut, namun kami saling melewati satu sama lain pada satu titik. Di saat itu, aku bergumam pelan "Aku menyimpan pertanyaanmu". Dan dirinya pun hanya tersenyum pelan kepadaku seraya terus melangkah pulang.
Permainan monopoli dan bisnis.. Sepintas, kita semua pasti merasakan hal itu sebagai suatu hal yang serupa. Tapi kenyataannya berbeda. Karena kehidupan, tidak ditentukan dengan keberuntungan jumlah dadu yang tidak dapat kita kontrol. Namun akan ada banyak keberuntungan yang dapat kita atur dengan sendirinya.