Friday 13 January 2012

Sebuah cerita

Bagian III
Awan
Telah hampir satu bulan lamanya aku berjalan di dataran tandus ini untuk menuju sebuah kota yang tertera dalam peta milikku. Sebuah kota yang pernah menjadi pusat penjajahan dalam sejarah kelam negara ini. Sebuah kota yang bernama “AVIA”

Aku mencari sebuah penginapan biasa saja yang tidak terlalu mewah dan berdiam di kota itu selama mungkin hingga aku merasa sanggup tuk melanjutkan perjalananku kembali. Aku merasa senang,merasa terhibur. Namun,mengapa hanya hampa yang dapat kurasakan dengan jelas? Aku harap agar aku bisa kembali seperti sedia kala dalam waktu dekat..

Aku menuliskan banyak surat untuk sang oasis yang telah menjadi penyelamatku dan juga saudaraku. Semuanya aku tulis dengan gembira dan dengan hati yang berdegup. Dan selama di kota ini,aku tidak pernah tidak mengirim walau hanya sebuah surat kepada osis tersebut.

Telah satu minggu aku berada di kota ini. Namun aku masih seperti mayat hidup yang terus menerus membesar dalam kebohongan.

Aku berjalan di taman kota dan kudengar percakapan dua orang wanita muda yang saling memuji. Aku kira mereka saling memuji satu sama lainnya,namun ternyata mereka membicarakan sesuatu. Mereka membicarakan tentang kedatangan sebuah awan dari Utara. Sebuah tempat dimana kebijaksanaan,kesetiaan dan kecantikan berasal. Dan dari yang aku dengar,ia akan tiba di kota ini esok pagi. Aku menjadi tak sabar dengan datangnya hari esok.

Keesokan harinya,aku melihat ia datang dengan para masyarakat berhamburan untuk melihat dirinya. Sebuah sosok yang amat cantik melewati keramaian itu. Wajahnya yang putih bersih serta senyumannya yang menyejukkan dan teduh membuat aku sedikit tidak percaya bahwa ada wanita yang begitu sempurnanya bentuk fisik yang ia miliki. Dari kejauhan,aku sedikit mengaguminya,namun tiba-tiba aku seperti membeku. Aku merasakan bahwa ia melihat langsung kepada diriku. Awalnya aku melihat ke sampingku,mungkin saja ia melihat kepada orang yang berada di sekitarku. Namun prasangka itu salah. Ia justru menghampiriku dan mengajakku jalan menuju sebuah tempat yang ia bilang bahwa ini adalah tempat favoritnya di kota ini.

Dua bulanlah sudah aku bersama dirinya di kota ini. Dari berbagai pembicaraan antara kami berdua,aku mengetahui bahwa ia bernama Lina. Dan ketika bersama dia, aku pernah dikejutkan oleh sikap dia yang tidak normal pada suatu hari. Dan di penghujung hari itu, ternyata dia datang kepadaku dalam keadaan paling cantik yang belum pernah aku lihat pada dirinya sebelum ini. Ia mempersiapkan kejutan ini untuk memperingati hari lahirku. Mungkin aku adalah lelaki beruntung saat itu. Namun, entah mengapa, pertemuanku dengan Lina kali ini terasa tidak sama seperti pertemuanku dengan Rana maupun Wulan. Aku merasa ini tidak seharusnya terjadi… Ya, lebih tepatnya, aku cemburu. Aku pun mengatakan kepadanya bahwa aku akan melanjutkan perjalananku esok hari,dan dia hanya mengangguk saja sambil berlalu..

(19 September 2010)

No comments:

Post a Comment