Friday 13 January 2012

Sebuah cerita

Bagian IV
Ruby
Keesokan harinya,aku mendapatkan sebuah balasan surat. Bukan dari Wulan… Dengan perlahan aku membuka surat itu dan ternyata itu berasal dari Ruby hijau itu! Dengan perlahan aku membuka surat itu dan mulai membaca isinya. Ia menulis “Maaf ya,aku baru bisa membalas suratmu sekarang. Aku sudah mendengar tentangmu dari kakak ku,oasis itu. Perkenalkan,namaku Khafiya”. Aku hanya terdiam melihat balasannya yang teramat sangat singkat. Dan seingatku,aku mengirimkan surat kepadanya adalah dua tahun yang lalu.
Aku pun mulai mencari informasi mengenai tempat Ruby itu berdiam diri. Ternyata ia tinggal di sebuah pegunungan dimana ia berdiam di puncak gunung yang terindah. Aku pun mulai mencari dan akhirnya kutemukan sudah pegunungan yang dimaksudkan. Dari kejauhan saja,aku sudah dapat merasakan pancaran kecantikannya yang tergambar jelas di gunung tersebut. Sebuah pelangi yang seakan melompati gunung itu dan juga deru air terjun yang memanjakan telingaku. Aku pun terus menuju puncaknya yang dingin…
Setiap kali aku bertanya kepada para warga yang berada di sekitar gunung itu,mereka selalu mengatakan,”Dia wanita yang cantik serta baik budi pekertinya. Seorang wanita yang penuh dengan kreatifitas yang tinggi serta amatlah dalam lautan ilmunya. Dia ibarat kata seorang wanita yang hanya ada tiap seribu tahun sekali di dunia yang fana ini”.
Aku hampir sampai ketika senja semakin menutup mataku. Dan,aku hanya dapat melihat dirinya dari kejauhan saja.. Aku tak dapat mendekatinya sedikitpun. Setiap kali aku berusaha tuk mendekat,ia menjauhiku. Namun ia tetap berbicara denganku walaupun aku sendiri tak dapat melihat wajahnya langsung.
Namun dari sinilah,aku mulai merasakan sesuatu yang membuat semangatku kembali lagi. Sesuatu yang mungkin telah lama hilang ternyata berada disini. Aku merasakan sebuah keterikatan dengan dirinya walaupun tidak sama seperti yang kurasakan dengan orang-orang yang kutemui sebelumnya. Bahasa kesunyianlah yang selalu menyatukan diri kami berdua.
Lalu,kukirimkan surat untuk oasis itu “Aku sepertinya akan tinggal lama sekali di tempat ini. Terima kasih banyak ya,aku pasti akan menjengukmu lagi”.
Dan dari dirinya aku belajar bahwa jika cinta datang tidak pada waktunya,maka engkau tidak akan hidup. Karena cinta yang hadir tidak pernah tercipta untuk menyakiti siapapun. Dan sebuah persahabatan lebih indah dari sebuah kisah cinta.
(19 September 2010)

No comments:

Post a Comment