Bukankah Tuhan mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi
ujian hidup bagi setiap manusia? Harta, tahta dan keluarga. Semuanya adalah
titipan dan juga menjadi ujian bagi kita selama hidup di dunia.
Tentang keluarga, semua aspek keluarga adalah ujian.
Entah itu anak menjadi ujian bagi orangtua ataupun orangtua yang menjadi ujian
bagi sang anak. Istri yang menjadi ujian bagi seorang suami ataupun suami yang
menjadi ujian bagi seorang istri. Dan semua status keluarga yang lain, paman,
tante, kakek, nenek, mertua, itu semua adalah ujian yang nyata.
Setiap manusia pasti pernah menjadi seorang anak, namun
tidak semua manusia bisa menjadi orangtua. Aku pikir, ada hal yang klise dalam
status dan kedudukan antara orangtua dan anaknya.
Pernahkah terbayang, bahwa dunia ini sendiri pun hanyalah
cobaan?
Pertanyaan pertama yang selalu terbayang di pikiranku adalah
“Sebenarnya,
kehadiranku di dunia ini kehendaknya siapa?”
Aku tidak pernah mengharapkan sebuah kehidupan di dunia
ini. Karena dengan memahami hakikat dari sebuah kehidupan, manusia tidak pernah
benar-benar memiliki sesuatu.
Yang kutahu, aku dititipkan oleh Tuhan di dalam rahim
seorang wanita yang menginginkan kehadiran seorang anak. Yang sangat kusesali
sekarang adalah ketidaktahuan mereka tentang diriku yang akan hadir di tengah
kehidupan mereka.
Adakah seorang anak yang benar-benar terlahir di dunia
ini atas dasar kehendak dari dirinya sendiri? Bahkan Adam pun tidak pernah
benar-benar meminta untuk diciptakan. Namun bimbingan yang sempurna dari Tuhan
telah membentuknya menjadi manusia yang mengerti akan makna kehidupan sebagai
manusia.
Jika, seorang anak tidak memiliki kehendak bebas untuk memilih
hidup di dunia ini. Maka, siapa yang seharusnya bertanggung jawab penuh
terhadap kehidupan sang anak di dunia?
Tuhan mengatakan bahwa seorang anak bagimu adalah titipan
dan ujian. Yang secara eksplisit mengatakan bahwa seorang anak memang memiliki
darahmu, namun bukan merupakan bagian dari jiwamu.
Maka, apakah pantas apabila ada orangtua yang berkata
kepada anaknya “Dasar anak durhaka! Ibu
mengandung dirimu selama 9 bulan dan menyusuimu selama 2 tahun, lalu
membesarkanmu hingga kamu sebesar ini. Dan ini yang ibu dapatkan darimu?!”
Dengan segala macam hormatku kepada seluruh orangtua di
dunia, aku akan mengatakan ini.
“Ayah,
Ibu, anakmu ini tidak pernah meminta untuk dilahirkan di dunia ini. Apakah kami
serta merta muncul di dalam rahim mu, ibu? Apakah kami memiliki kehendak untuk
memilih calon orangtua kami? Tidak…
Yang
kutahu, wajah kalian menyambutku dan kalian meminta agar kalian dipanggil
sebagai ‘ayah’ dan ‘ibu’.”
Memang benar bahwa manusia selalu meminta sesuatu yang
bahkan tidak pernah mereka pahami.
Manusia meminta kekayaan, namun mereka tidak tahu cara
menggunakannya.
Manusia meminta pasangan hidup, namun mereka tidak tahu
cara berinteraksi dengan baik terhadapnya.
Dan manusia mengharapkan kehadiran seorang anak, namun
mereka tidak pernah tahu akan seperti apa sang anak di masa depan nanti.
Sesederhana itu hierarki di dalam keluarga. Apakah anda
menyadarinya? Lihat sekeliling kita dan coba renungkan, apa masalah utama di
negeri ini?
Istilah “BANYAK ANAK, BANYAK REZEKI” masih saja berlaku
bagi mereka yang berkemampuan ekonomi di bawah rata-rata. Bikin anak sih emang
gampang dan cenderung “nikmat” jika di bahas dalam ranah biologi. Lah trus itu
anak banyak mau dikasih makan apa? Banyak anak banyak rezeki sih bisa aja kalo
tuh anak dijual kayak anak ayam sepuhan.
Oke, ini emang tulisan lama gue. Lama banget. Dan karena
kondisinya nanggung, gue coba lanjutin tapi ternyata jadi begini bahasanya,
ahaha.
Semoga bermanfaat!
oia ya bang....
ReplyDeleteKita engga bisa milih kita jadi anak siapa... kita juga enggak bisa marah ketika orang tua enggak ngedukung kita...
Ah cobaan terbesar emang jadi makhluk hidup
Tapi tergantung sudut pandang si, kalo nganggep ya udahlah ya. Namanya juga anak. Kayaknya bikin dunia keanakan jadi lebih asik ya