Sunday 13 March 2016

Tentang Orangtua

Bukankah Tuhan mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi ujian hidup bagi setiap manusia? Harta, tahta dan keluarga. Semuanya adalah titipan dan juga menjadi ujian bagi kita selama hidup di dunia.

Tentang keluarga, semua aspek keluarga adalah ujian. Entah itu anak menjadi ujian bagi orangtua ataupun orangtua yang menjadi ujian bagi sang anak. Istri yang menjadi ujian bagi seorang suami ataupun suami yang menjadi ujian bagi seorang istri. Dan semua status keluarga yang lain, paman, tante, kakek, nenek, mertua, itu semua adalah ujian yang nyata.

Setiap manusia pasti pernah menjadi seorang anak, namun tidak semua manusia bisa menjadi orangtua. Aku pikir, ada hal yang klise dalam status dan kedudukan antara orangtua dan anaknya.

Pernahkah terbayang, bahwa dunia ini sendiri pun hanyalah cobaan? 

Pertanyaan pertama yang selalu terbayang di pikiranku adalah
“Sebenarnya, kehadiranku di dunia ini kehendaknya siapa?”

Aku tidak pernah mengharapkan sebuah kehidupan di dunia ini. Karena dengan memahami hakikat dari sebuah kehidupan, manusia tidak pernah benar-benar memiliki sesuatu.

Yang kutahu, aku dititipkan oleh Tuhan di dalam rahim seorang wanita yang menginginkan kehadiran seorang anak. Yang sangat kusesali sekarang adalah ketidaktahuan mereka tentang diriku yang akan hadir di tengah kehidupan mereka.

Adakah seorang anak yang benar-benar terlahir di dunia ini atas dasar kehendak dari dirinya sendiri? Bahkan Adam pun tidak pernah benar-benar meminta untuk diciptakan. Namun bimbingan yang sempurna dari Tuhan telah membentuknya menjadi manusia yang mengerti akan makna kehidupan sebagai manusia.

Jika, seorang anak tidak memiliki kehendak bebas untuk memilih hidup di dunia ini. Maka, siapa yang seharusnya bertanggung jawab penuh terhadap kehidupan sang anak di dunia?

Tuhan mengatakan bahwa seorang anak bagimu adalah titipan dan ujian. Yang secara eksplisit mengatakan bahwa seorang anak memang memiliki darahmu, namun bukan merupakan bagian dari jiwamu.

Maka, apakah pantas apabila ada orangtua yang berkata kepada anaknya “Dasar anak durhaka! Ibu mengandung dirimu selama 9 bulan dan menyusuimu selama 2 tahun, lalu membesarkanmu hingga kamu sebesar ini. Dan ini yang ibu dapatkan darimu?!”

Dengan segala macam hormatku kepada seluruh orangtua di dunia, aku akan mengatakan ini.

“Ayah, Ibu, anakmu ini tidak pernah meminta untuk dilahirkan di dunia ini. Apakah kami serta merta muncul di dalam rahim mu, ibu? Apakah kami memiliki kehendak untuk memilih calon orangtua kami? Tidak…

Yang kutahu, wajah kalian menyambutku dan kalian meminta agar kalian dipanggil sebagai ‘ayah’ dan ‘ibu’.”

Memang benar bahwa manusia selalu meminta sesuatu yang bahkan tidak pernah mereka pahami.

Manusia meminta kekayaan, namun mereka tidak tahu cara menggunakannya.

Manusia meminta pasangan hidup, namun mereka tidak tahu cara berinteraksi dengan baik terhadapnya.

Dan manusia mengharapkan kehadiran seorang anak, namun mereka tidak pernah tahu akan seperti apa sang anak di masa depan nanti.

Sesederhana itu hierarki di dalam keluarga. Apakah anda menyadarinya?  Lihat sekeliling kita dan coba renungkan, apa masalah utama di negeri ini?

Istilah “BANYAK ANAK, BANYAK REZEKI” masih saja berlaku bagi mereka yang berkemampuan ekonomi di bawah rata-rata. Bikin anak sih emang gampang dan cenderung “nikmat” jika di bahas dalam ranah biologi. Lah trus itu anak banyak mau dikasih makan apa? Banyak anak banyak rezeki sih bisa aja kalo tuh anak dijual kayak anak ayam sepuhan.

Oke, ini emang tulisan lama gue. Lama banget. Dan karena kondisinya nanggung, gue coba lanjutin tapi ternyata jadi begini bahasanya, ahaha.


Semoga bermanfaat!

1 comment:

  1. oia ya bang....

    Kita engga bisa milih kita jadi anak siapa... kita juga enggak bisa marah ketika orang tua enggak ngedukung kita...

    Ah cobaan terbesar emang jadi makhluk hidup

    Tapi tergantung sudut pandang si, kalo nganggep ya udahlah ya. Namanya juga anak. Kayaknya bikin dunia keanakan jadi lebih asik ya

    ReplyDelete