Berbicara tentang sport science adalah berbicara tentang
keterlibatan sains dalam dunia olahraga. Dan berbicara tentang dunia olahraga,
juga menyinggung sedikit tentang prestasi olahraga negeri ini.
Tulisan ini hanyalah rangkuman dan ulasan isi dari
pembicaraan saya dengan salah seorang teman saya yang menimba ilmu futsal di
Nike ketika ia dulu menjadi duta Nike setelah ia juara lomba juggling dan olah
bola yang diadakan oleh Nike.
Sebagai seorang laki-laki, ketika dihadapkan pada sebuah
pertanyaan, olahraga apa sih yang terlihat macho banget saat ini? Di Indonesia
kebanyakan akan menjawab sepak bola (menurut saya). Namun ketika ditanyakan,
apakah anda bisa bermain bola? Kebanyakan akan jawab “bisa” namun dengan skill
dan kemampuan pas-pasan bahkan mungkin di bawah standar… sedih, iya.
Dalam olahraga yang menuntut gerakan aktif seluruh anggota
tubuh, sepakbola dan juga futsal menuntut berbagai macam aspek dan persyaratan
kepada tubuh kita agar kita dapat memainkan permainan ini dengan baik dan
“hebat”.
Dari ribuan bahkan jutaan pemain bola yang pernah ada,
pernahkah berfikir, berapa persenkah dari jutaan itu yang mampu tenar dan
menjadi fenomena di dunia sepakbola? Untuk di zaman saat ini, mari kita sebut
dua megastar sepakbola kita, yaitu Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Berikut adalah spesifikasi data diri keduanya :
Terlepas dari perbedaan tingginya yang mencolok, secara
kasat mata dapat kita lihat bahwa perbedaan mendasar antara Messi dengan
Ronaldo adalah ada pada kepadatan massa otot pada tubuh mereka. Namun pernahkah
kalian melihat bagaimana aksi mereka di lapangan hijau? Secara teknis, dengan
tubuh mungil dan tidak penuh dengan otot sebagaimana Ronaldo, Messi seharusnya
menjadi pemain yang sangat mudah dijatuhkan dengan dorongan. Namun
kenyataannya? Butuh sebuah tekel untuk bisa menghentikan dia. Sedangkan
Ronaldo, sudah jelas bahwa dia juga merupakan pemain yang sulit untuk
dijatuhkan kecuali dengan tekel.
Apa perbedaan nya?
Dalam urusan body balance, letak pusat kekuatan mereka
berdua berada di daerah yang berbeda. Lionel Messi, dengan tubuh kecilnya
memiliki pusat kekuatan yang besar di area pinggulnya, menyebabkan ia sulit
dijatuhkan ketika ia sedang membungkuk (perhatikan video-video tentang Messi
yang sedang mempertahankan bola dari musuhnya) namun lebih mudah menjatuhkannya
ketika ia sedang berdiri tegak dan berhadapan one on one. Ronaldo, dengan tubuh
yang lebih kekar di bagian atasnya memiliki pusat kekuatan di area pundak dan
punggung atas, menyebabkan dirinya mampu berduel bola dan mempertahankan
dirinya dari lawan yang menabrakkan diri.
Letak pusat kekuatan ini sebenarnya alami pada setiap
manusia. Namun jika kita sudah menyadarinya, kita bisa lebih menguasai salah
satunya atau bahkan menguasai kedua-duanya.
Tapi ingat, tidak semua pemain bola berbadan kecil memiliki
pusat kekuatannya di bagian pinggul ke bawah. Sebut saja Sergio Aguero. Ia
adalah salah satu pemain bertubuh kecil yang mempunyai pusat kekuatan di tubuh
bagian atas.
Apa keuntungannya memiliki pusat kekuatan tubuh baik di
bagian atas maupun bawah? Bagi mereka yang memiliki pusat kekuatan tubuh di
bagian atas, hal ini membuat mereka mampu berduel one on one dengan defender
yang menghadang. Kekuatan tubuh di atas membuat mereka lebih stabil ketika
berduel dan bagi defender, akan sangat berguna ketika melakukan penjagaan one
on one secara ketat hanya dengan menegakkan tubuhnya ketika melakukan
penjagaan. Sedangkan bagi mereka yang memiliki kekuatan tubuh di pinggul ke
bawah, hal ini membuat mereka lebih “agile” (lincah) dalam membawa bola. Sebut
saja Neymar dan juga Messi.
Bagaimana cara melatihnya?
Untuk melatih tubuh bagian bawah, caranya sederhana walau
mungkin terlihat bodoh. Berlatihlah jaga keseimbangan di atas tali atau bahasa
kerennya, meniti tali. Atau, berdirilah di atas sebuah bola tenis dengan dua
kaki di atasnya. Aneh, tapi ampuh.
Untuk melatih tubuh bagian atas, caranya lebih sederhana
lagi, yaitu dengan ikut kegiatan latihan bela diri. Walaupun beberapa jenis
bela diri juga ada yang langsung melatih keduanya, baik atas maupun bawah.
Setelah kalian mengenali kemampuan utama kalian dimana, maka
kalian dapat dengan mudah menentukan hal apa saja yang dapat kalian lakukan
ketika bermain sepak bola dan futsal.
Sebagai contoh, saya sendiri. Saya baru menyadari kemampuan
saya setelah diceramahi oleh teman saya yang satu itu. Pada awalnya, dia
mengatakan bahwa dengan tubuh yang besar dan tinggi 183cm, saya lebih cocok
bermain di tengah dalam posisi seperti Yaya Toure. Namun di satu sisi, daya
serang saya juga (menurut dia) membuat saya secara tidak langsung kurang cocok
di posisi itu, mengingat tingkat akurasi dari tendangan dan juga kecepatan saya
mumpuni untuk ditaruh di posisi side midfielder. Hingga akhirnya, saya jika
sedang bermain satu tim dengannya akan diplot di posisi kiri atau kanan (karena
dia sudah alami bermain sebagai bek tengah sendirian di futsal). Namun masalah
baru muncul. Secara teknis, banyak pengisi pos SMF ini memang memiliki
kecepatan dan tubuh yang kuat, namun ada satu hal yang terbentur dengan
kemampuan saya, yaitu pusat keseimbangan tubuh saya hanya ada di atas,
sedangkan bagian bawahnya sangat lemah. Apa efek sampingnya? Hal ini
menyebabkan saya tidak dapat melewati lawan dengan melakukan gerak tipuan dan
sebagainya, dikarenakan gerakan saya sudah terbaca bahkan sebelum gerakan itu
dilakukan. Namun jika dihadapkan dengan adu lari dalam merebut bola,
kemungkinan saya berhasil lebih besar. Dan ketika akhirnya diamati lagi setelah
dilakukan tes oleh dia, akhirnya didapati bahwa gaya tubuh saya serupa seperti
gaya tubuh Xabi Alonso. Gaya tubuh Alonso lebih kuat di bagian atas dengan
akurasi umpan yang brilian. Sedangkan saya yang sekarang tingkat akurasi
tendangan lebih baik daripada umpan. Dengan kondisi tubuh seperti ini, mau
tidak mau, suka tidak suka, posisi alami saya memang ada di tengah, entah itu
sebagai bek tengah, centre midfielder atau sebagai defensive midfielder. Dan
tugas utama saya saat ini adalah untuk lebih meningkatkan akurasi umpan saya.
No comments:
Post a Comment