Saturday 2 October 2010

Realita

Aku pernah melihat sebuah taman yang terpagari oleh beningnya zamrud hijau.Terdengar alunan dawai lembut nan memikat dari dalamnya yang dimainkan oleh para bidadari Firdaus. Serta di kedua gerbangnya dijaga oleh malaikat yang senantiasa tersenyum, mungkin...

Dan kucoba melangkah memasuki taman tersebut. Kumasuki taman yang terbalut rumput hijau nan lembut,serta butiran embun yang menyejukkan setiap kulangkahkan kaki. Namun,hanya untuk saat ini...

Kuteruskan perjalanan ini dengan dikelilingi oleh suara air dari tujuh sungai yang mengalir melintasi taman tersebut. Menjadi sumber kehidupan bagi setiap makhluk yang terdapat di taman ini. Terasa lembut dan menenangkan ketika air tersebut mengalir menyentuh lidah ini. Dan aku terpesona,untuk saat ini...

Dan ketika ku hampir menyentuh pusat taman,terperanjatlah sudah ketika seekor merak yang menebar pesonanya tanpa ada cacat sedikitpun justru terkungkung dalam jeruji hitam nan legam tanpa ada cahaya yang mampu menunjukkan pesona dari dirinya. Sedangkan seekor merak hitam dengan bulu yang patah justru memikat setiap yang datang.
Sungguh sebuah keganjilan yang nyata!

Baru kusadari perasaan aneh ini,bahwa yang lebih indah tlah terbengkalai. Semuanya ditutup-tutupi dan ketika ku melangkha menjauh,dua jasad indah tlah terbujur kaku diantara tumpukan mayat hangus...

No comments:

Post a Comment