Saturday 8 April 2017

Renungan untuk kamu yang akan menikah

Usia 20 tahun dan sekitarnya. Bagi siapapun Anda yang sedang membaca ini dan juga berada di usia sekitarnya, pasti pernah terlintas di pikiran tentang satu hal ini. :)


MENIKAH

Banyak hal yang segera terlintas di benak masing-masing.
Mulai dari
" Siapa ya yang akan menjadi pasangan saya?"
" Seperti apa kira-kira pesta pernikahan yang ingin saya adakan?"
" Akan seperti apa anak yang akan hadir dalam pernikahan kami?"

Dan berbagai macam pertanyaan lain yang relevan dalam konteks tersebut.

Tetapi sebelum itu, saya ingin mengajak teman-teman merenungkan satu hal.

Apa makna menikah bagi Anda?

Mari sejenak hentikan bayangan kita akan hal-hal yang berupa angan-angan dari pernikahan Anda.
Mari kita mulai bicarakan hal yang pasti dihadapi oleh semua orang yang menikah.

1. Finansial

Ini adalah hal yang pasti terjadi. Seberapa kuatnya kemampuan finansial Anda untuk mendukung kehidupan dua orang manusia (Anda dan pasangan Anda tentunya). Belum lagi jika berencana memiliki anak dalam waktu dekat, maka kemampuan finansial Anda haruslah lebih kuat dari saat baru menikah.

Kecuali Anda adalah seorang pengusaha dan atau karyawan yang sudah memiliki penghasilan di atas 20 juta/bulan, hal ini mungkin tidak perlu dipikirkan.

Teman saya pernah berkata

Menikah itu nikmatnya cuma 1 bulan pertama. Memasuki bulan kedua, ibu kost mulai nagih biaya sewa dan disitulah kehidupan rumah tangga dimulai.

Mulailah muncul persoalan dan disitulah kedewasaan kita diuji. Bukan tentang siapa yang paling benar, tetapi siapa yang mampu mengayomi siapa.

2. Kedewasaan kepribadian.

Ini juga penting sekali untuk disimak.

Tadinya saya mau nulis panjang lebar, tetapi sepertinya nasihat dari ayah saya sudah cukup mewakili area ini.

Pernikahan itu dibangun atas dasar kata "maaf". Walaupun kamu ada di posisi yang benar, minta maaf lah kepada pasanganmu. Memenangkan debat dengan pasanganmu hanya menimbulkan jarak yang sulit untuk diperbaiki.

3. Resepsi.

Ini juga harus dipertimbangkan baik-baik.

Kenapa?

Saya ceritakan kejadian kakak sepupu saya yang belum lama ini menikah.

Beliau menikah di usia 27 tahun. Melakukan resepsi dengan mengundang lebih dari 1000 orang, menyewa gedung dan katering, membayar biaya membuat undangan, menyebarkan undangan menyewa pakaian keluarga dan segala hal lain yang dibutuhkan untuk resepsi dan menghabiskan biaya sampai 120 juta (menurut pengakuan beliau).

Dan biaya 120 juta itu beliau dapatkan dari
1. Menjual mobil pribadinya
FYI, mobil abang saya ini biasa disewakan untuk mendapatkan penghasilan tambahan per bulannya bisa mencapai 4-5 juta hanya dari sewa mobil. Dan hanya untuk resepsi, beliau menjual mobilnya.

2. Tabungan pribadi sekitar 40 juta.
FYI, tabungan abang saya ini mayoritas didapatkan dari hasil mengikuti lomba futsal. Terakhir beliau juara lomba futsal yang salah satu hadiahnya adalah berlibur ke Madrid dan sejumlah uang tunai.

Dari segi pekerjaan, abang saya ini sebenarnya belum terlalu mapan. Masih berstatus pegawai kontrak di sebuah bank swasta.

Alhamdulillahnya, sekarang beliau sudah diangkat menjadi pegawai tetap.

Yang ingin saya tegaskan dari poin ini adalah, sebenarnya seberapa butuh Anda untuk melaksanakan resepsi?

Sebagai keluarga kecil yang baru terbentuk, kesediaan finansial adalah kunci utama "ketenangan" kehidupan berkeluarga, terutama di masa-masa awal yang akan penuh dengan banyak hal tidak terduga yang bisa terjadi.

Hal ini berbeda di zaman dahulu, ketika seseorang melaksanakan pernikahan, maka hadiah pengantinnya adalah segala macam perabotan rumah tangga. Ayah saya dulu mendapatkan lemari, setrika hingga besi jemuran dari hadiah pernikahan. Dan itu sangat membantu bagi keluarga kecil yang sedang mencari keseimbangan hidup.

Bandingkan dengan saat ini, dimana hadiah pernikahan berupa uang dalam amplop. Yang biasanya berisi sekitar 50rb-100rb. Alhamdulillah kalau ada yang memberi lebih. tapi itu tidak langsung ke poin yang dibutuhkan oleh keluarga baru ini.

Jadi, pastikan dirundingkan terlebih dahulu (terutama dengan calon pasangan Anda, perlu resepsi atau tidak?)

Banyak juga kenalan saya yang tiba-tiba sudah mengabarkan menikah. Pernikahannya sederhana. Menikah di KUA (which is mean 'free of charge') dan mengadakan syukuran dengan keluarga besar dan teman-teman yang benar-benar dikenal.

Intinya, menikah itu sebenarnya mudah dan simpel :)

4. Anak.

Kehadiran anak juga adalah hal yang pasti. Setelah lelah mengurus acara (entah resepsi atau syukuran) pasti malamnya mau ena-ena tho? hehe

Pada bagian ini adalah opini pribadi saya berdasarkan apa yang pelajari di Biologi, silahkan setuju atau tidak setuju.

Pernah ndak teman-teman mendengar ada orangtua yang mengatakan "Tau gitu ga akan ibu ngelahirin kamu!"

Ya masukin lagi aja bu, hehe.

Sadarilah bahwa anakmu tidak pernah memilihmu untuk menjadi orangtuanya juga. Ia lahir karena kau sedang "nafsu" di suatu malam dengan pasanganmu, dan voila~~

Sadarilah bahwa sebenarnya anakmu adalah "tamu" yang Anda undang secara acak dari dunia ruh sana.

Dan ingat, Rasulullah memerintahkan kita untuk menghormati tamu kita. Jamu ia dengan hal yang terbaik dan buat ia senang. Dan anak juga menambahkan tanggung jawab lebih bagi para orangtua untuk dibimbing. Ingat, anak tidak memilih untuk dilahirkan di dunia. Tetapi karena kalian menginginkan seorang anak, maka hadirlah ia tanpa mengetahui apapun.

Maka menurut saya, sejatinya orangtua tidak memiliki hak apapun dari anak. Tidak ada namanya hutang budi. Justru lucu bagi saya apabila ada orangtua yang menuntut ini itu dari anaknya. Padahal logikanya, kalau anak ini merasa nyaman dengan orangtuanya, tanpa disuruh pun ia pasti akan memberikan apapun bagi orangtuanya.

Nah disnilah, kedewasaan dalam membina manusia dibutuhkan.
Tidak hanya oleh ibu, tetapi juga oleh sang ayah.
Berbagi peran dalam keluarga itu penting.
Who wants to be the bad guy? And who wants to be the good guy?
Fleksibel dalam keadaan, dan tunjukkan ketegasan. Marah / menegur adalah tugas bad guy. Memberikan penjelasan adalah tugas good guy. Dan memastikan sang anak mengerti adalah tugas keduanya.

Jadi, sudah siapkah Anda untuk menikah? :)
 
 
 

1 comment:

  1. "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang patut menikah dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nur: 32)
    .
    .
    Bang, nikah bang!!

    ReplyDelete